SOLO (SALAM-ONLINE): Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) menyayangkan dan menyesalkan aksi Densus 88 yang dinilai tidak prosedural, arogan dan milteristik saat melakukan penggeledahan di rumah Sugiyanto.
Berdasarkan informasi yang diterima redaksi dari Humas Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono, Sabtu (15/8), telah terjadi penggeledahan di rumah Sugiyanto di Mojo RT 06 RW 05, Semanggi, Pasar kliwon, Solo, sekitar pukul 10.30, pada Kamis (13/8) lalu, sehari setelah penangkapannya.
Sugiyanto telah ditangkap oleh Densus 88 pada Rabu (12/8) sekitar pukul 13.00 setelah yang bersangkutan melaksanakan shalat Zuhur berjamaah di sebuah masjid.
Menurut LUIS, mengutip keterangan saksi-saksi, telah ditemukan fakta-fakta, misalnya Densus 88 sempat salah sasaran. Densus mendobrak pintu tetangga di sebelah utara rumah Sugiyanto dengan berkata kasar, memaksa membuka pintu, namun pintu tidak terbuka.
Saksi juga menyebut, penggeledahan tidak disertai surat, termasuk surat penyitaan. Penggeledahan itu sendiri dikatakan tidak disaksikan anggota keluarga ataupun tokoh masyarakat seperti Ketua RT, Ketua RW maupun Lurah setempat.
Saat mobil Densus 88 mau parkir di depan rumah Sugiyanto, kemudian membuka pintu mobil berwarna putih, pintu mobil tersebut tertabrak sepeda onthel yang dikendarai oleh seorang ibu dan anaknya hingga terjatuh. “Ketika terjatuh ibu dan anak tidak ditolong, justru Densus 88 menodongkan senjata kepada yang bersangkutan,” ujar Endro Sudarsono, mengutip para saksi.
“Akhirnya ibu dan anak ditolong oleh warga dengan keadaan anak yang baru pulang dari sekolah TK itu luka pada bagian dahi bagian kanan,” imbuhnya.
Maih kata Humas LUIS itu, Densus meninggalkan rumah Sugiyanto tanpa menyita apapun yang ada dirumah sebagai barang bukti. “Namun istri (Sugiyanto) kebingungan ketika 2 anaknya yang berusia 3 tahun menangis minta minum, ternyata susu formula Fitalac 800 gram hilang, madu 1 kg tidak ada, dan habatussauda dalam botol kecil juga hilang,” ungkap Endro.
“Dengan informasi ini, LUIS menyayangkan aksi Densus 88 yang tidak prosedural, arogan dan milteristik. Mestinya Densus 88 lebih arif, mengedepankan komunikasi persuasif, simpatik sehingga tidak menimbulkan antipati dari masyarakat,” sesalnya. (salam-online)