Kelompok Oposisi dan Pejuang Islam Suriah Bertemu di Riyadh

Riyadh-Oposisi Suriah bertemu di Riyadh, Saudi-jpeg.imageRIYADH (SALAM-ONLINE): Sebagai hasil dari upaya Arab Saudi, sekitar 40 kelompok pejuang oposisi di Suriah bertemu di Riyadh untuk membahas tentang masa depan Suriah dan nasib Basyar Asad.

Kelompok oposisi dan pejuang Islam Suriah tiba di ibu kota Saudi, Riyadh, pada Senin (7/12) dalam upaya menyatukan sikap mereka untuk membicarakan masa depan Suriah, demikian Al Arabiya News Channel melaporkan.

Sekitar 100 tokoh perwakilan dari 40 kelompok oposisi berkumpul di ibu kota Saudi, Riyadh, menjelang putaran berikutnya pembicaraan internasional mengenai krisis Suriah.

Kelompok oposisi Suriah yang bertempur melawan rezim Asad serta Daesh (ISIS) akan membahas solusi politik dalam dan luar negeri Suriah pada Selasa (8/12) di Riyadh, Saudi.

Saudi menegaskan kesiapannya memberikan semua fasilitas untuk memungkinkan kelompok-kelompok oposisi Suriah berkoordinasi satu sama lain secara independen dan menyatukan sikap sesuai dengan kesepakatan Jenewa.

Konferensi di Riyadh, Saudi, menandai upaya terbaru untuk menyatukan kelompok-kelompok oposisi, dan ditujukan untuk memilih wakil-wakil dalam perundingan internasional yang akan datang serta berperan dalam masa depan Suriah.

Banyak dari kelompok-kelompok oposisi besar Suriah yang diundang ke konferensi. Ini termasuk Ahrar al-Sham, Jaysh al Islam, Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Nuruddin Zangki, Faylak U Sham dan Syrian National Coalition (SNC) yang berbasis di Turki.

Ahrar al-Sham, dari koalisi Jaish al Fath (Tentara Penaklukan), menjadi moderator dalam pertemuan tersebut. Ahrar al-Sham adalah salah satu kelompok oposisi terbesar dan memiliki kekuatan militer di setiap wilayah Suriah. Kelompok ini termasuk bagian dari Jaish al Fath yang merupakan gabungan belasan faksi seperti Jabhah Nushrah (JN), Ahrar al Sham, Jundul Aqsha, Faylaq Syam, Shamul Ummah, Fajr Islam, Shamul Islam, Jundu Syam, Hizbu Islam Turkistan, Ajnad Kavkaz, Ajnad Khilafah dan Ajnad Syam. Kelompok ini diharapkan menjadi wakil yang paling efektif, bahkan setelah perang Suriah berakhir.

Jaysh al Islam, kelompok pejuang kuat lainnya yang dibentuk dari hasil gabungan faksi pejuang pada 2013, terutama berbasis di daerah Ghouta Timur dekat Damaskus, akan mengajukan tolok ukur yang harus dipenuhi untuk masa depan Suriah.

Kelompok yang dipimpin oleh Zahran Alloush, salah satu tokoh yang menonjol di antara pejuang Suriah lainnya, akan mengedepankan kondisi untuk menyingkirkan Basyar al-Asad serta seluruh elemen rezim Ba’ath dan penarikan tentara bayaran Iran yang didukung militan asing dari negara itu.

Ahrar al-Sham dan Jaish al Islam bagi negara-negara Barat terdaftar sebagai kelompok “jihad radikal”. Kehadiran mereka dalam konferensi diatur oleh Kerajaan Arab Saudi dan diyakini menjadi langkah untuk memberi kelompok-kelompok yang dicap radikal itu legitimasi di arena internasional.

Baca Juga

Yordan yang mendukung Front Selatan FSA, aliansi pejuang Suriah yang terdiri dari 58 faksi oposisi, mendukung “proses politik di Suriah yang mengarah ke pemilu dalam waktu dua tahun” tapi tidak menerima masa transisi dengan Asad.

Organisasi Faylak Syam, yang dihubungkan dengan Ikhwanul Muslimin di Suriah, diharapkan akan mengatakan ‘ya’ untuk sebuah “solusi politik terhormat” dalam konferensi Riyadh.

Sedangkan kelompok Nuruddin Zengki menuntut pengadilan internasional untuk menindak rezim Suriah, termasuk Asad dan pihak lain yang terlibat dalam pembunuhan massal selama konflik Suriah.

Kelompok ini juga mengusulkan untuk memilih pemimpin mereka sendiri secara nasional dengan kehendak warga Suriah.

Iran mengritik konferensi oposisi ini. Negara sekutu kuat Asad itu mengatakan konferensi oposisi ini akan menyebabkan kegagalan perundingan internasional.

Arab Saudi adalah pendukung kuat dari kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan Presiden rezim Suriah Basyar Asad.

Konferensi ini adalah sebagai tindak lanjut setelah kesepakatan internasional untuk membuka pembicaraan antara rezim dan oposisi pada 1 Januari lalu.

Amerika Serikat mengatakan pada Sabtu, pembicaraan berikutnya tentang konflik Suriah, yang telah menewaskan lebih 250.000 orang dan menyebakan jutaan warga mengungsi, akan berlangsung di New York akhir bulan ini.

Bulan lalu, Rusia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Turki, Iran dan kekuatan dari Eropa dan Timur Tengah bertemu di Wina membahas rencana untuk proses politik di Suriah yang mengarah ke pemilu dalam waktu dua tahun. (EZ/salam-online)

Sumber: Eldorarshamia, Yenisafak, Al Arabiya

Baca Juga