JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketua Umum Wahdah Islamiyah (WI) DR (HC) Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA dituduh Metro TV sebagai bagian dari pemimpin organisasi yang masuk dalam daftar jaringan “terorisme” di Indonesia dalam tayangan pemberitaannya 3 Januari lalu. Karenanya, Ustadz Zaitun yang juga Wasekjen MUI Pusat itu menggelar konferensi pers hari ini, Senin (11/1).
Sejumlah tokoh hadir dalam konferensi pers itu untuk memberikan dukungan kepada Ustadz Zaitun.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Sulsel, AM Iqbal Parewangi, termasuk tokoh yang memberikan dukungannya kepada Ustadz Zaitun dalam konferensi pers tersebut. Ia menyebutkan media merupakan pilar keempat dalam demokrasi.
“Media adalah pilar keempat demokrasi. Kalau pilarnya mengalami keruntuhan maka risikonya keruntuhan demokrasi. Metro TV tidak berhak mengkriminalisasi sesama anak bangsa. Ini adalah kriminalisasi tokoh umat Islam, ormas Islam dan Islam itu sendiri. Berhentilah mengkriminalisasi umat Islam selaku pendiri negara Indonesia,” tegas Ketua Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) DPD RI ini dalam konferensi pers di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Senin (11/1).
Sementara Syeikh Ali Jaber, salah seorang da’i asal Madinah yang turut memberikan dukungannya dalam konferensi pers itu menyebut tindakan yang dilakukan Metro TV sebagai hal yang keliru.
“Saya hanya memberikan satu kalimat untuk Metro TV, pelajarilah kembali makna ‘teroris’ sebenarnya, dan perlu mengetahui siapa Ustadz Zaitun Rasmin,” kata Syeikh Ali Jaber.
Tokoh lainnya yang mendukung Ustadz Zaitun adalah salah seorang Tokoh Ulama Muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Dr Cholil Nafis. Ia minta Metro TV untuk berhati-hati dalam memberitakan seseorang.
Ia menceritakan pengalamannya yang baru saja menguji tesis tentang gerakan dakwah Wahdah Islamiyah di Universitas Indonesia.
“Tesis ini saya yang menguji langsung dan tidak ditemukan Wahdah Islamiyah bertentangan dengan NKRI,” ujar Cholil Nafis yang juga aktif sebagai dosen UI itu. (EZ/salam-online)