Gafatar Mengaku Bukan Islam, MUI: “Itu Tipu Muslihat Saja”

Gafatar-3-ilustrasi-jpeg.imageJAKARTA (SALAM-ONLINE): Eks Ketum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful M Tumanurung mengatakan bahwa Gafatar itu bukan Islam. Gafatar memegang kepercayaan teguh kepada paham Millah Abraham sebagai Jalan Kebenaran Tuhan.

Namun menurut Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Tengku Zulkarnain, MUI hingga saat ini masih menyelidiki keterangan Mahful. Tim investigasi dari MUI juga telah diberangkatkan ke Kalimantan Barat untuk memulai investigasi terhadap kelompok Gafatar.

“MUI sedang mengirimkan Tim ke TKP dan bulan Februari baru ada hasilnya. Kami sedang menginvestigasi,” kata Tengku Zulkarnain seperti dikutip detikcom, Rabu (27/1).

Meski begitu, Zulkarnain menilai pernyataan Gafatar bukan Islam hanya tipu muslihat belaka. Menurut Zulkarnain, Gafatar itu hanya kelanjutan dari kelompok Ahmad Musadeq.

“Kalau ini kelanjutan Ahmad Musadeq, itu kan cuma tipu muslihat saja. Ya kita lihat sajalah,” lanjutnya.

Sebelumnya, Mahful M Tumanurung menepis disebut kelompoknya menyamakan Ahmad Musadeq dengan nabi. Musadeq, bagi kelompok Gafatar, seperti halnya seorang kiai.

“Kami tempatkan sebagai narasumber spiritual kami, sebagaimana orang-orang menempatkan kiai atau guru siapa pun sebagai narasumber dia. Apakah salah kalau kami memilih beliau? Karena kami tidak percaya pada Majelis Ulama,” ucap Mahful dalam jumpa pers di YLBHI, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).

Menurut dia, Musadeq bukan pendiri Gafatar. Tapi posisinya sebagai guru. Dia juga mengungkapkan Gafatar menganut ajaran Millah Abraham.

Baca Juga

“Secara keorganisasian beliau bukan warga Gafatar, bukan pengurus Gafatar, bukan pendiri Gafatar. Pendiri Gafatar terdiri dari 52 orang badan pendiri. Dalam perjalanan Gafatar mengikuti nilai-nilai spiritual yang kami junjung tinggi. Semua diajarkan oleh beliau,” ujarnya.

Sementara tahun lalu, Kepala Kanwil Kemenag Sultra, Mohamad Ali Irfan menilai organisasi Gafatar telah menyebarkan paham-paham yang diduga sesat dan mengakui eksistensi Ahmad Musaddeq sebagai nabi.

“Penelusuran Badan Intelijen Daerah Konawe Utara mengungkap fakta bahwa Gafatar kerap memberikan modal kepada warga seperti bantuan bibit dan pupuk asalkan menandatangani surat pernyataan keanggotaan,” katanya. (salam-online, 21 Februari 2015).

Isi pernyataan itu bahwa warga harus meninggalkan segala kegiatan yang bernuansa syariah, di antaranya tidak diperkenankan shalat lima waktu, puasa, dan ibadah haji itu tidak wajib karena hanya pemborosan.

“Kami telah mengadakan diskusi dengan pihak Gafatar, memang benar adanya bahwa Gafatar tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir,” katanya.

Sumber: detik.com/salam-online

Baca Juga