CIMAHI (SALAM-ONLINE): Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat mendeteksi 144 aliran atau ajaran menyimpang hingga sesat di wilayahnya sejak 2000.
“Keberadaan ajarannya menyebar di sejumlah daerah tapi paling banyak ditemukan di Cirebon, Bogor, dan Bandung,” kata Sekretaris Umum MUI Provinsi Jawa Barat Rafani Achyar usai memimpin pengucapan dua kalimat syahadat warga Jabar korban Gafatar di gedung Dinas Sosial Jawa Barat, Kota Cimahi, Senin (1/2), seperti dikutip kantor berita Antara.
Ia mengatakan dari 144 aliran menyimpang/sesat yang cukup menyita perhatian ialah aliran “Hidup di Balik Hidup”, “Al-Quran Suci”, “Surga Eden”, “Millah Ibrahim”, “Siliwangi Panjalu” “Lia Eden”, dan “Al-Qiyadah Al-Islamiyah”.
“Yang cukup menyita perhatian itu ada seorang warga Bandung bernama Sayuti. Dia seorang tukang cukur yang mengaku sebagai nabi,” ungkapnya.
MUI Jawa Barat, menurut Rafani, berupaya semaksimal mungkin mengatasi keberadaan 144 aliran sesat tersebut. Namun, ujarnya, ada sejumlah kesulitan yang dihadapi pihaknya, misalnya aliran/ajaran tersebut muncul sebentar ke permukaan (public), kemudian hilang.
“Ada juga yang muncul terus hilang dan terus muncul lagi dengan wajah atau nama yang baru. Itu memang menyulitkan kami,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan salah satu aliaran sesat yang cukup menyita perhatian saat ini adalah ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
“Sebenarnya kami dari MUI sudah mendeteksi keberadaan Gafatar ini sejak tahun 2012 dan kami menilai mereka ini reinkarnasi dari Al Qiyadah Al Islamiyah pimpinan Ahmad Musadeq,” terang Rafani. (Antara)