Pasca Kudeta Gagal di Turki, Uni Eropa Perbaiki Hubungan dengan Pemerintahan Erdogan

Pro-Turkish protestors wearing Turkish flags take part in a demonstration in Hamburg, April 10, 2016. REUTERS/Fabian Bimmer
Demonstran mengenakan bendera Turki dalam demonstrasi dukungan terhadap Turki di Hamburg, 10 April 2016 lalu. (Foto: REUTERS/Fabian Bimmer)

BRATISLAVA (SALAM-ONLINE): Pasca kudeta yang gagal di Turki pada Juli lalu, Uni Eropa mencoba memulihkan hubungan politik terhadap pemerintahan Erdogan, lansir Reuters, Sabtu (3/9).

Uni Eropa bersama 28 menteri luar negeri dan beberapa pejabat senior Pemerintah Turki mengadakan pertemuan pada Sabtu (3/9) guna memperbaiki hubungan yang sempat memanas paska percobaan kudeta yang gagal itu.

Hubungan dengan Turki sempat memanas setelah Uni Eropa memberikan kritik keras terhadap Pemerintahan Turki paska kudeta lalu.

“Pada tataran politik kami perlu memulihkan hubungan, kita perlu menormalkan situasi,” kata Menteri Luar Negeri Luksemburg Jean Asselborn bersama Menteri Luar Negeri Turki Omer Celik, Sabtu (3/9).

“Ini pertama kalinya kami berbicara satu sama lain sejak kudeta, bukan bicara tentang satu sama lain. Tapi kami tidak bisa melupakan peraturan hukum. Dalam pertemuan ini semua orang sepakat jika kami ingin menstabilkan situasi, Turki harus kembali ke peraturan hukum yang berlaku secepat mungkin,” jelasnya.

Baca Juga

Sementara Menteri Luar Negeri Omar Celik mengaku Turki sangat kecewa dengan sikap Uni Eropa paskakudeta. Namun ia juga mengatakan pertemuan ini menghasilkan agenda positif bagi kedua belah pihak.

“Sebagian hasil dari pertemuan tersebut, ada konsensus yang sangat fokus pada agenda positif dan meningkatkan kerja sama antara Turki dan Uni Eropa,” katanya.

Pada pertemuan di Bratislava ini Uni Eropa memberi pesan lebih damai ke Turki. Dan tetap meminta Turki untuk berusaha mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi.

“Saya sangat mengharapkan ada peningkatan hubungan sekarang,” tutur Menteri Luar Negeri Slovakia Miroslav Lajcak. (EZ/salam-online)

Sumber: Reuters

Baca Juga