JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) Prof Dr Din Syamsuddin, MA meminta kepada semua pihak untuk dapat menahan diri dalam perkataan dan perbuatan yang dapat mendorong pertentangan dalam masyarakat yang majemuk.
“Kami ingin mengajak masyarakat agar tidak ada lagi isu SARA dalam pilkada di seluruh Indonesia, karena isu sensitif ini sangat berbahaya bagi masyarakat,” tuturnya dalam pertemuan dengan para tokoh lintas agama di kantor CDCC, Jalan Kemiri No. 24, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (17/10).
Mantan Ketua Umum MUI ini mengimbau agar dugaan penistaan terhadap Islam yang dikaitkan dengan kitab suci Al-Qur’an itu dihindari untuk membangun kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
“Penistaan terhadap agama dihindari, karena dapat merusak kerukunan dan toleransi umat beragama. Mari kita kedepankan tenggang rasa,” tegas mantan Ketum PP Muhammadiyah ini.
Din minta pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keyakinan itu tidak diganggu karena akan menimbulkan reaksi dari masyarakat.
Bersama para tokoh lintas agama, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini berpesan kepada pemerintah untuk segera hadir sesuai tanggung jawab dan kewenangannya mengatasi gejala pertentangan dalam kehidupan masyarakat yang bermuatan isu SARA.
“Kami berharap di pilkada seluruh Indonesia, khususnya DKI, tidak ada isu sensitif, yaitu isu SARA,” ungkapnya.
Din juga berharap masyarakat bersatu untuk mengawal kebhinekaan bangsa Indonsia. Pemerintah juga diajak mengawal agar dapat menjamin keutuhan bangsa ini.
“Apa yang terjadi sekarang memang tidak bisa lepas dari adanya oknum yang ingin menimbulkan letupan untuk bangsa ini. Oleh karenanya kami mengajak umat berdoa agar bangsa ini terhindar dari malapetaka, dihindari dari pihak-pihak di dalam dan di luar negeri yang ingin mengadu domba negeri ini,” kata Din.
Acara yang digagas oleh Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations ini menghadirkan tokoh dari berbagai lintas agama.
Selain Ketua CDCC Din Syamsudin, hadir Sekjen MUI, Anwar Abbas; perwakilan umat Buddha, Suhadi; perwakilan umat Konghucu, Uung Sendana; perwakilan umat Katolik, Eddy Purwanto, perwakilan umat Hindu, Nyoman Udayana; perwakilan Muhammadiyah, Yumar Yusuf; perwakilan umat Kristen Protestan, Gomar Gultom dan Penrad Siagian. (EZ/salam-online)