Nazneen Mundur sebagai Guru di Sekolah Tempatnya Mengajar karena Menolak Lepas Jilbab
MUMBAI (SALAM-ONLINE): Seorang guru Muslim mundur dari pekerjaannya di sebuah sekolah di ibu kota komersial India, Mumbai pekan lalu. Keputusan itu diambil akibat selama enam bulan ini guru tersebut mengalami diskriminasi dari pihak sekolah, lantaran mengenakan jilbab.
“Saya mencoba untuk membuat mereka mengerti tentang burqa dan jilbab, yang merupakan bagian dari keyakinan serta tradisi keagamaan keluarga saya, tapi tidak berhasil dan akhirnya saya harus mengajukan pengunduran diri saya,” ujar Shabina Khan Nazneen, yang mengajar IT di Vivek English High School, Worldbulletin melaporkan, Ahad (11/12).
Nazneen telah bekerja di sekolah itu selama hampir tiga tahun, tapi dia menghadapi kesulitan setelah adanya pergantian kepala sekolah yang baru.
“Sebelumnya tidak ada masalah, tapi setelah kepala sekolah baru bergabung dengan sekolah itu pada Juni tahun ini, dia terus meminta saya untuk melepas burqa dan jilbab saya karena dianggap melanggar kesopanan sekolah,” ungkap Nazneen.
Akhirnya pada 5 Desember, saat sesi apel pagi, ketika Nazneen beranjak untuk melakukan shalat dhuha, sang kepala sekolah bersikeras guru Muslim tersebut harus melepas burqa dan jilbabnya.
Pihak sekolah sendiri belum menerima pengunduran dirinya, tapi seperti dikutip media lokal mereka akan membuat keputusan pekan depan.
Surat kabar harian Indian Express, mengutip pihak sekolah, mengatakan insiden itu hanyalah kesalahpahaman.
Adil Khatri, aktivis LSM Jai Ho Foundation yang telah mendukung Nazneen, mengatakan kepada kantor berita Anadolu, bahwa mereka telah mengirim surat kepada menteri pendidikan negara terkait kasus ini dan sedang menunggu balasan.
“Sekarang, saya pikir pihak sekolah berada di bawah tekanan. Saya berharap tindakan yang tepat akan diambil terhadap diskriminasi ini,” kata Khatri.
Menurut Human Rights Watch (HRW), pada 2016 HAM global mencatat kasus-kasus diskriminasi yang dilakukan secara serius. Telah terjadi intimidasi terhadap Muslim dan Kristen, tapi pemerintah tidak menuntut pihak-pihak terkait untuk bertanggungjawab.
Altaf Qadri, seorang wartawan foto untuk Associated Press (AP), mengungkapkan dirinya sering menghadapi diskriminasi karena memiliki jenggot.
“Ini sangat memalukan ketika Anda diperlakukan berbeda dari rekan-rekan Anda yang lain. Dalam jangka panjang hal itu mempengaruhi psikologi Anda dan cara Anda,” katanya. (EZ/salam-online)
Sumber: Worldbulletin