Keberadaan Mantan PM Mesir Masih Belum Diketahui, Keluarga: Kami Pikir Dia Diculik
KAIRO (SALAM-ONLINE): Keberadaan mantan Perdana Menteri Mesir, Ahmed Shafiq (76), masih belum diketahui. Keluarga Shafiq mengatakan pada Ahad (3/12/2017), pihaknya kehilangan kontak dengannya sejak dikabarkan, Sabtu (2/12) ia dideportasi dari Uni Emirat Arab (UEA) ke Kairo.
Laporan tersebut terjadi beberapa hari setelah Shafik mengumumkan niatnya mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun depan.
Shafik, mantan kepala staf angkatan udara dan menteri, telah dipandang oleh para pengeritik Presiden Abdel Fattah al-Sisi sebagai penantang potensial bagi mantan panglima militer tersebut yang diperkirakan akan mencalonkan diri untuk perode kedua tahun depan.
Para pendukung melihat Sisi, yang bersekutu dengan UAE dan Arab Saudi, sebagai kunci bagi stabilitas Mesir. Tapi pengeritik Sisi mengatakan ia telah memenjarakan ratusan pembangkang dan mengekang kebebasan yang diperoleh setelah pergolakan 2011 yang menggulingkan bekas pemimpin Husni Mubarak.
Rincian mengenai apa yang terjadi atas Shafik belum jelas. Ia membuat pengumumuan mengejutkan dari UEA—tempat ia tinggal sementara bersama keluarganya—mengenai niatnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan tahun 2018.
Keluarga Shafik mengatakan ia dibawa dari rumah mereka pada Sabtu dan diterbangkan dengan pesawat pribadi ke Kairo. Seorang saksi mata Reutersmengatakan otoritas Mesir mengawalnya dalam sebuah konvoi dari bandara.
“Kami tak tahu apa-apa mengenai dia sejak ia meninggalkan rumah kemarin,” kata putri Shafik, May, kepada Reuters. “Jika ia dideportasi ia semestinya sudah bisa pulang sekarang, bukan tak diketahui di mana keberadaannya. Kami pikir dia diculik.”
Keluarga dan pengacara mengatakan mereka berencana membuat pengaduan ke kantor penuntut umum mengenai keberadaan Shafik.
“Saya menyerukan penguasa Mesir… mengizinkanku bertemu dia untuk mengeceknya dan mengonfirmasi ketibaannya di Mesir,” kata pengacara Shafiq, Dina Adly Hussein dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook-nya.
Penguasa UEA membenarkan ia meninggalkan negara itu itu tanpa memberikan rincian mengapa. Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan pihaknya tidak bertanggungjawab atas kasus tersebut.
Sebuah sumber resmi di Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan,”Kami tidak tahu apa-apa tentang Shafik. Kami tidak menangkapnya dan kami tidak menerima permintaan dari pihak kejaksaan untuk menangkap dia atau membawa dia pulang.” (S)
Sumber: Antara