ACT Terus Dampingi dan Siapkan Pangan untuk Pengungsi Rohingya di Aceh

Pendistribusian makanan siap santap yang dilakukan Relawan MRI ke pengungsi Rohingya di Aceh Utara. Setiap harinya ada 300 porsi makanan siap santap yang dibagikan untuki mereka. (Foto: Dokumentasi ACT)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Terdamparnya warga Rohingya di Aceh Utara setelah menempuh pelayaran panjang menggerakkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus melakukan pendampingan terhadap mereka.

Puluhan anak pengungsi Rohingya yang berada di bekas Kantor Imigrasi Desa Punteuet, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, antusias mengikuti kegiatan pendampingan psikososial.

ACT Lhokseumawe bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) melakukan kegiatan ini untuk menghilangkan rasa trauma karena mereka cukup lama di lautan lepas. Pendampingan psikososial merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi sindrom pascatrauma di kalangan anak-anak.

Kepala Cabang ACT Lhokseumawe, Thariq Farline mengatakan ada banyak anak yang ikut dalam rombongan ini, sehingga perlu adanya edukasi.

“Tujuan kita membuat aksi ini karena mereka masih dalam usia pendidikan yang harus diberikan edukasi yang sangat cukup. Semenjak kejadian ini, kita berusaha melibatkan mereka agar terus aktif berkegiatan,” kata Thariq.

Ke depannya, aksi-aksi serupa akan terus dilakukan, seperti menggambar maupun mancakrida bersama anak-anak Rohingya di pengungsian.

Saat ini, tutur Thariq, kondisi di tempat pengungsian lebih nyaman dan anak-anak Rohingya sangat cepat dekat dengan para relawan meskipun bahasa menjadi kendala untuk mereka.

“Harapannya juga melalui kegiatan ini, mereka dapat ceria dan kembali ceria seperti anak-anak yang lainnya,” harap Thariq.

Selain itu, kebutuhan lainnya juga turut dipenuhi ACT, seperti menyuplai kebutuhan pangan. Tiap harinya ada 300 porsi makanan siap santap yang dibagi untuk tiga waktu, pagi, siang dan malam.

Baca Juga

“ACT tiap harinya akan menyuplai kebutuhan makanan siap santap bagi pengungsi Rohingya untuk makan pagi, siang dan malam. Makanan ini berasal dari dapur umum yang sudah ACT dirikan di Jalan Medan-Banda Aceh Meunasah, Masjid Punteut, Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe,” jelas Thariq.

Saat ini, bantuan pangan memang yang menjadi pokok bagi pengungsi Rohingya. Hal tersebut karena mereka tiba di Aceh Utara setelah terkatung-katung di lautan tanpa perbekalan serta kondisi kapal yang memprihatinkan dan nyaris tenggelam.

Mereka juga sekarang diisolasi. Bagi pihak yang tidak berkepentingan tak diizinkan untuk melakukan interaksi dengan mereka dengan tujuan memutus rantai sebaran Covid-19.

Hingga ke depannya, ACT akan terus melakukan pendampingan terhadap pengungsi Rohingya. Satu unit Humanity Food Truck yang mampu menghidangkan ribuan porsi makanan siap santap sedang dalam perjalanan menuju Aceh dari Jakarta.

Begitu juga Humanity Water Truck diberangkatkan sebagai pemenuh kebutuhan air. Pengerahan armada ACT ini bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi pengungsi yang melarikan diri dari tanah air sendiri akibat konflik kemanusiaan di Myanmar.

Kondisi anak para pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh. (Foto: Dokumentasi ACT)

Menurut Catatan WHO, saat ini diperkirakan ada 913.316 pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh. Dari jumlah hampir satu juta orang pengungsi itu, WHO menyebut semua pengungsi Rohingya di Kamp Pengungsian menghadapi kerentanan kesehatan.

Dengan Ikhtiar untuk membangun dan menghadirkan kesejahteraan terhadap mereka, ACT tidak bisa bekerja sendirian. ACT butuh bantuanmu!

Mari bersedekah dan bantu Rohingya di: www.Indonesiadermawan.id/BangunKembaliKehidupanRohingya. []

Baca Juga