Brigade Al-Qassam Rilis Video Sandera ‘Israel’

SALAM-ONLINE.COM: Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok perlawanan Palestina, Hamas, merilis sebuah video pada Senin (24/3). Dilansir dari Anadolu, Video tersebut menampilkan dua sandera dari pihak Zionis penjajah yang memperingatkan bahwa genosida “Israel” yang baru di Gaza dapat mengakibatkan kematian mereka.

Berjudul “Beri Tahu Mereka, Ohad”, video tersebut menunjukkan para sandera mendiskusikan kondisi mental, fisik dan keamanan mereka. Mereka meminta sesama tawanan yang dibebaskan dalam pertukaran tahanan untuk berbicara tentang penderitaan mereka.

Tahanan nomor “21” mengatakan mereka “melihat kematian” di depan mata mereka saat perang genosida “Israel” kembali terjadi di Gaza.

Ia memperingatkan bahwa serangan-serangan ini akan membawa kita pada kehancuran.

“Kami adalah orang-orang yang meminta dan memohon (para penculik) untuk didengarkan,” imbuhnya.

Sandera tersebut juga menyoroti penderitaan mereka akibat kekurangan makanan, air dan pasokan medis setelah “Israel” menutup penyeberangan pada awal Maret.

“Ketika kesepakatan gencatan senjata dimulai (pada Januari) dan penyeberangan dibuka, para pejuang Hamas bersemangat dan peduli untuk menyediakan semua yang kami butuhkan dan semua yang kami minta. Tidak hanya memberi kami makan, tetapi juga membuat kami merasa sehat,” terangnya.

“Kami mulai merasakan bahwa tidak ada lagi kelaparan dan kami mulai menghirup udara segar. Kami percaya bahwa ini akan berakhir. Tepat saat akhir semakin dekat, kami menerima pukulan berat (serangan mendadak) pada 18 Maret,” lanjutnya.

Tentara penjajah melancarkan operasi udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret dini hari. Serangan tersebut menyebabkan Kematian sedikitnya 730 orang dan melukai hampir 1.200 lainnya, meskipun ada gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku sejak 19 Januari.

Zionis penjajah memperkirakan 59 sandera “Israel” saat ini ditahan di Gaza, 24 di antaranya masih hidup. Sementara itu, lebih dari 9.500 warga Palestina masih berada di penjara penjajah, merasakan penyiksaan, kelaparan dan pengabaian medis. Akibatnya banyak yang meninggal, demikian menurut organisasi hak asasi manusia Palestina dan “Israel” serta laporan media.

Baca Juga

Membungkam suara

Tahanan kedua, nomor “22”, mendesak rekan-rekan tahanannya yang dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata 19 Januari untuk berbicara tentang pengalaman mereka.

Ia mengkritik upaya “Israel” untuk membungkam mereka.
“Cukup dengan pembungkaman suara kami. Cukup, cukup, cukup. Para tahanan yang bersama kami sebelumnya dan sekarang dibebaskan — beri mereka kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat mereka,” ungkap tahanan “nomor 22” itu.

“Biarkan mereka berbicara, biarkan kebenaran terungkap. Cukup dengan pembungkaman pihak “Israel”. Cukup, cukup, cukup. Para tahanan yang dibebaskan yang bersama kami harus keluar dan mengungkap tentang kondisi kami. Biarkan mereka berbicara.”

Ia juga mengirim pesan kepada mantan sandera Hamas, Ohad, dengan mengatakan: “Anda duduk bersama kami. Bicaralah untuk kami. Jelaskan kepada semua orang apa yang telah kami alami,” ujarnya.

“Anda tahu betapa banyak penderitaan yang kami alami di sini. Jelaskan kepada mereka betapa sulitnya bagi saya untuk tinggal di sini setiap hari tanpa putra dan istri saya.”

Ohad adalah salah satu tahanan yang dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan.

Lebih dari 50.000 warga Palestina telah dibunuh Zionis penjajah. Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 113.200 orang terluka dalam serangan militer “Israel” yang brutal di Gaza sejak Oktober 2023.

Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu terhadap Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

“Israel” juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut. (is)

Baca Juga