Akhiri Perang Sekarang! Penanda Tangan Petisi di ‘Israel’ Sudah Melebihi 120.000 Orang

SALAM-ONLINE.COM: Lebih dari 120.000 orang warga “Israel” (militer,, mantan militer, profesional sipil, termasuk akademisi, penulis, penyair, seniman, insinyur dan profesional lainnya) telah menandatangani 43 petisi yang menuntut pengembalian sandera dan diakhirinya perang di Gaza, lapor situs “Restart Israel”.

Platform ini memungkinkan warga penjajah untuk meninjau dan menandatangani petisi secara elektronik. Hingga Kamis (17/4/2025), seperti diberitakan Anadolu, 120.522 orang telah menandatangani seruan yang mendesak pengembalian sandera dan segera diakhirinya perang.

Enam belas petisi ditandatangani oleh lebih dari 10.000 anggota militer, termasuk veteran, cadangan, dan tentara dari berbagai brigade, unit elite, dan unit intelijen.

Sisa 27 petisi dan surat ditandatangani oleh profesional sipil, termasuk akademisi, penulis, penyair, seniman, insinyur dan profesional lainnya.

Tokoh-tokoh terkemuka di antara para penandatangan tersebut termasuk mantan Perdana Menteri Ehud Barak, mantan Kepala Staf Umum Pertahanan Jenderal Dan Halutz, empat mantan komandan angkatan laut—Ami Ayalon, Yedidia Yaari, Alex Tal, dan Dudu Ben-Besht—dan tiga mantan pemimpin Flotilla 13: Ran Galinka, Uzi Livant, dan Tzvika Erez.

Dua mantan komandan artileri, Avraham Bar David dan Doron Kadmiel, juga menandatangani petisi bersama tokoh militer senior lainnya seperti Amram Mitzna, Avi Mizrahi, Amos Malka, Amnon Reshef, Moshe Sukenik, Nimrod Sheffer dan Ilan Biran.

Petisi tersebut secara seragam menyerukan gencatan senjata dan pembebasan 59 sandera “Israel” yang ditahan di Gaza, 24 di antaranya diyakini masih hidup.

Baca Juga

Pada Jumat, Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu menuduh para penandatangan militer tersebut melakukan pembangkangan. Netanyahu mengancam akan memecat mereka. Ia mengklaim kelompok-kelompok yang didanai asing mendukung upaya untuk menjatuhkan koalisinya, yang mulai dijabat pada akhir tahun 2022.

Ia menggambarkan para pembuat petisi sebagai sekelompok pensiunan yang kecil, berisik, anarkis dan tidak peduli. Netanyahu juga menyatakan siapa pun yang menghasut pembangkangan akan diusir.

Gerakan petisi tersebut muncul menyusul gagalnya fase pertama gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan, yang dimulai pada 19 Januari lalu dengan mediasi Qatar dan Mesir serta dukungan AS.

Sementara Hamas mematuhi persyaratan tersebut, Netanyahu, di bawah tekanan dari koalisi sayap kanannya, menolak untuk melanjutkan gencatan senjata ke fase kedua. “Israel” pun dengan bebalnya melanjutkan operasi militer sejak 18 Maret lalu.

Tahun kedua genosida di Gaza telah menyebabkan lebih dari 51.000 warga Palestina terbunuh sejak Oktober 2023. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

“Israel” juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di daerah kantong tersebut. (mus)

Baca Juga