Perangi ‘ISIS’ dan Lindungi Suriah dari Serangan ‘Israel’, Turki Akan Kuasai Pangkalan Udara T4

Sumber-sumber mengatakan bahwa Turki ingin menyebarkan sistem pertahanan udara seperti Hisar (gambar) di pangkalan udara T4 di Suriah.

SALAM-ONLINE.COM: Turki telah memulai upaya untuk menguasai pangkalan udara Tiyas di Suriah, yang juga dikenal sebagai T4, dan tengah bersiap untuk menyebarkan sistem pertahanan udara di sana, demikian sumber Middle East Eye (MEE) yang mengetahui rencana tersebut.

Dilansir MEE, Selasa (1/4/2025), rencana pembangunan untuk lokasi tersebut juga dilaporkan sedang berlangsung.

Ankara dan Damaskus telah merundingkan pakta pertahanan sejak Desember 2025, menyusul penggulingan Basyar Assad. Dari perjanjian pakta pertahanan tersebut, Turki akan menyiapkan perlindungan udara dan militer bagi pemerintahan baru Suriah, yang saat ini belum memiliki militer yang berfungsi.

Negosiasi kehadiran pangkalan militer Turki di Suriah itu terus berlanjut secara diam-diam.

Sementara “Israel” memandang kehadiran militer Turki di Suriah sebagai ancaman potensial, Turki sendiri menginginkan keberadaannya itu untuk menstabilkan negara tersebut dengan memanfaatkan kemampuan militernya dan mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh penarikan diri Rusia dan Iran.

Turki juga ingin mengintensifkan perlawanannya terhadap kelompok “ISIS”, sebagai syarat utama bagi Amerika Serikat untuk mempertimbangkan penarikan diri militernya dari wilayah tersebut.

Seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa Turki telah mulai bergerak untuk mengambil alih pangkalan udara T4, yang terletak di dekat Palmyra di Suriah tengah.

“Sistem pertahanan udara tipe Hisar akan dikerahkan ke T4 untuk menyediakan perlindungan udara bagi pangkalan tersebut,” kata sumber MEE.

“Setelah sistem terpasang, pangkalan tersebut akan dibangun kembali dan diperluas dengan fasilitas yang diperlukan. Ankara juga berencana untuk mengerahkan pesawat nirawak (tak berawak) pengintai dan bersenjata, termasuk yang memiliki kemampuan serangan yang lebih luas.”

Sumber itu menambahkan bahwa pangkalan tersebut akan membantu Turki membangun kendali udara di seluruh wilayah dan mendukung upayanya untuk memerangi “ISIS”, yang masih memiliki sel-sel yang beroperasi di gurun Suriah. Ankara pada akhirnya bermaksud membangun sistem pertahanan udara berlapis di dalam dan sekitar pangkalan, yang akan memiliki kemampuan pertahanan udara jarak pendek, menengah, dan jauh terhadap berbagai ancaman, mulai dari jet tempur, pesawat nirawak, hingga rudal.

Sumber kedua mencatat bahwa keberadaan sistem pertahanan udara dan pesawat nirawak Turki kemungkinan akan menghalangi “Israel” untuk melancarkan serangan udara di wilayah tersebut.

Kementerian pertahanan Turki menolak berkomentar.

“Israel” yang gelisah

Baca Juga

Zionis penjajah secara rutin menargetkan instalasi militer Suriah sejak rezim Assad tumbang pada Desember 2024 lalu. Serangan rutin “Israel” baru-baru ini nampak dengan lonjakan operasi penjajah itu di sekitar T4. Pekan lalu, angkatan udara “Israel” menyerang T4 dan pangkalan udara Palmyra, yang menargetkan landasan pacu dan aset strategis.

Seorang sumber keamanan “Israel” mengatakan kepada media, Senin (31/3) bahwa keberadaan setiap pangkalan udara Turki di Suriah akan menghalangi kebebasan operasi “Israel”. “Ini adalah ancaman potensial yang kami lawan,” kata sumber “Israel” itu.

Ketegangan antara Turki dan “Israel” telah meningkat sejak dimulainya perang di Gaza pada Oktober 2023, yang mengakhiri periode rekonsiliasi singkat antara kedua negara.

Runtuhnya rezim Assad dan munculnya Turki sebagai kekuatan dominan di Suriah semakin membuat “Israel” khawatir. Penjajah ini sekarang melihat Turki sebagai ancaman yang berpotensi lebih besar di kawasan itu daripada Iran.

“Kami baru-baru ini menargetkan pangkalan militer T4 untuk mengirim pesan: kami tidak akan membiarkan ancaman apa pun terhadap kebebasan operasional kami di udara,” kata sumber keamanan “Israel” kepada Jerusalem Post.

Sumber MEE pertama juga mengungkapkan bahwa Turki sedang mempertimbangkan penempatan sementara sistem pertahanan udara S-400 ke T4 atau Palmyra untuk mengamankan wilayah udara selama upaya rekonstruksi.

Namun, belum ada keputusan akhir yang dibuat. Dan Rusia perlu memberikan persetujuannya.

Sementara itu, Ankara dan Washington telah berunding tentang pencabutan sanksi yang dijatuhkan kepada Turki atas pembelian sistem S-400 buatan Rusia, yang menyebabkan Turki dikeluarkan dari program jet tempur F-35 pada tahun 2019.

Melalui telepon bulan lalu, Presiden AS Donald Trump dan mitranya dari Turki Presiden Recep Tayyip Erdogan membahas kemungkinan Turki bergabung kembali dengan program tersebut.

Berdasarkan hukum AS, Turki harus melepaskan kepemilikan sistem S-400 agar dapat diterima kembali.

Pejabat Turki telah mengusulkan penonaktifan sistem tersebut dengan membongkar dan menyimpannya, atau mungkin memindahkannya ke pangkalan yang dikuasai Turki di luar Turki.

Namun, “Israel” sangat menentang langkah apa pun yang akan memungkinkan Ankara mengakses F-35, dengan alasan hal itu akan mengikis keunggulan militer kualitatif “Israel” di wilayah tersebut. (kk)

Baca Juga