Puluhan Ribu Orang Berunjuk Rasa di Washington, Tuntut Diakhirinya Genosida di Gaza

SALAM-ONLINE.COM: Puluhan ribu orang dari seluruh Amerika Serikat berkumpul di Washington, DC, untuk menuntut diakhirinya serangan brutal “Israel” terhadap Gaza. Pengunjuk Rasa juga mendesak dihentikannya tindakan keras pemerintahan Trump terhadap mahasiswa dan aktivis pro-Palestina.
Unjuk rasa tersebut seperti dilansir Anadolu, Ahad (6/4/2025) mendapat dukungan dari lebih 300 organisasi. Mereka menyaksikan para demonstran berkumpul di persimpangan 3rd Street NW dan Pennsylvania Avenue NW.
Para peserta kemudian melakukan aksi protes ke lokasi-lokasi penting. Termasuk kantor pusat Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE). Di kantor ICE demonstran menyerukan pembebasan mahasiswa dan akademisi pro-Palestina yang ditahan seperti aktivis Palestina Mahmoud Khalil dan mahasiswi Turki Rumeysa Ozturk.
Unjuk rasa tersebut disponsori bersama oleh beberapa kelompok advokasi. Termasuk Gerakan Pemuda Palestina, The People’s Forum, Jewish Voice for Peace, dan ANSWER Coalition.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk dan poster yang menggambarkan anak-anak Palestina terbunuh di Gaza. Dan para pelajar yang ditangkap atau dideportasi karena aktivitas mereka. Peserta aksi mengecam apa yang mereka gambarkan sebagai serangan terhadap kebebasan sipil di bawah pemerintahan Trump.
“Kami sangat ngeri dengan perlakuan yang diterima para pelajar di Amerika Serikat hanya karena mengatakan genosida itu buruk,” kata Ann Wright, anggota Code Pink dan mantan diplomat AS, dalam sebuah wawancara dengan Anadolu.
“Beberapa dari mereka ditahan, beberapa dideportasi. Itu adalah hal yang mengerikan yang terjadi di negara ini terhadap orang-orang yang memiliki rasa kemanusiaan.”
Salah seorang pelajar (mahasiswa) tersebut, Mahmoud Khalil — pemegang kartu hijau dan lulusan Universitas Columbia yang membantu mengorganisasi aksi protes kampus tahun lalu. Khalil telah menjadi simbol gerakan protes setelah ditahan karena advokasi pro-Palestina-nya.
Suzanne Ali, anggota Gerakan Pemuda Palestina di Bay Area, mengatakan bahwa unjuk rasa menunjukkan ketahanan gerakan tersebut meskipun penindasan meningkat.
“Kami di sini bersama puluhan ribu orang dari seluruh Amerika Serikat, menentang upaya pemerintah untuk menekan kebebasan berbicara kami dan menahan para mahasiswa kami,” katanya.
“Dengan setiap penangkapan dan ancaman, gerakan kami semakin kuat.”
Bagi banyak peserta, unjuk rasa itu sangat personal.
“Saya prihatin dengan Palestina selama 40 tahun lebih. Ini adalah yang terburuk yang pernah ada,” kata Joni Nacef, seorang pengunjuk rasa yang pergi ke Washington untuk berpartisipasi dalam acara unjuk rasa tersebut.
“Saat ini terasa sangat sulit di Amerika Serikat. Saya hanya ingin bisa melakukan sesuatu,” ujarnya.
Pengunjuk rasa lainnya, Danny Moore, berkata, “Saya di sini karena saya ingin mendukung semua orang yang turun ke jalan untuk menghentikan genosida, menghentikan penindasan, menghentikan oligarki, menghentikan kediktatoran, yang merupakan tujuan kami. Saya tidak ingin melihat lebih banyak orang terbunuh.”
Pawai unjuk rasa pada Sabtu di Washington adalah bagian dari aksi nasional. Unjuk rasa serupa juga digelar di kota-kota di seluruh negeri. (is)