Tolak Proposal Gencatan Senjata Terbaru ‘Israel’, Hamas Tuntut Setop Serangan ke Gaza Secara Permanen

Massa berpawai menuju perlintasan Erez (Beit Hanoun) — perbatasan antara Jalur Gaza dengan wilayah jajahan “Israel” — pada 26 April 2024. Mereka mendesak gencatan senjata secara permanen di Jalur Gaza.

SALAM-ONLINE.COM: Hamas dengan tegas menolak proposal (usulan) gencatan senjata terbaru “Israel”. Kelompok pejuang dan perlawanan ini juga menuntut penghentian total serangan, penarikan penuh militer “Israel” dari Gaza, dan pertukaran tahanan besar-besaran yang akan menandai titik balik dalam perang selama 18 bulan.

Penolakan tersebut dikonfirmasi oleh pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (17/4/2025), seperti dilansir DailySabah, Jumat (18/4).

“Kami tidak akan menerima kesepakatan parsial yang menguntungkan kelangsungan politik Netanyahu,” katanya, menegaskan kembali pendirian kelompok perlawanan tersebut untuk perjanjian yang komprehensif.

Pernyataan tertulis Hamas di atas disampaikan kepada para mediator – Qatar, Mesir dan AS – menyusul serangan udara “Israel” baru-baru ini yang menurut pejabat pertahanan sipil mengakibatkan kematian sedikitnya 40 orang. Mereka yang terbunuh di kamp-kamp pengungsi di seluruh Gaza selatan banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

Proposal “Israel” yang ditolak Hamas berisi gencatan senjata selama 45 hari dengan imbalan pembebasan 10 sandera “Israel” yang masih hidup, 1.231 tahanan Palestina, dan pelucutan senjata Hamas.

Sebaliknya, Hamas menginginkan penarikan penuh pasukan “Israel”, dimulainya pembangunan kembali Gaza, dan kesepakatan “satu paket” yang menjamin pembebasan semua sandera dan tahanan “Israel” di Gaza.

Gencatan senjata sebelumnya yang disepakati pada Januari dihancurkan oleh “Israel” pada 18 Maret lalu setelah penjajah itu melanjutkan serangan. Serangan itu sendiri dilancarkan “Israel’ setelah Hamas menolak proposal penjajah itu untuk mengubah perjanjian gencatan senjata awal, yang semula digariskan oleh mantan Presiden AS Joe Biden.

Sementara itu, tekanan internal terhadap rezim penjajah semakin meningkat.

Sepertiga pilot sipil “Israel” – sekitar 300 orang – menandatangani surat yang mendesak otoritas “Israel” untuk memprioritaskan sandera daripada melanjutkan operasi militer ke Gaza.

Para penanda tangan dari maskapai penerbangan termasuk Arkia dan Israir, memperingatkan bahwa setiap hari yang berlalu, itu membahayakan nyawa mereka yang ditawan.

Seruan serupa datang dari ratusan mantan tentara, personel militer, dan tokoh budaya, yang memperkuat seruan menentang strategi perang rezim Netanyahu.

Di bidang diplomatik, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, yang berbicara di Moskow, menyoroti bahwa “Israel” telah melanggar perjanjian sebelumnya: “Israel tidak mematuhi apa yang disepakati.”

Baca Juga

Di kota Khan Younis, Gaza selatan, yang dilanda pertempuran, dua rudal ‘Israel” menghantam tenda-tenda darurat di “zona aman” al-Mawasi, menyebabkan kematian sebanyak 16 orang warga Gaza. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Para korban selamat menggambarkan ledakan api yang membakar tempat penampungan di sekitarnya.

“Kami duduk dengan tenang di tenda … lalu semuanya terbakar,” kata Israa Abu al-Rus, seorang ibu yang mengungsi.

Di utara, serangan “Israel” terhadap bekas tempat penampungan sekolah PBB di Jabalia membunuh enam orang lagi. “Israel” mengklaim targetnya adalah pusat komando Hamas yang telah merencanakan serangan terhadap warga sipil.

Militer zionis mengatakan telah menyerang lebih dari 110 target dalam beberapa hari terakhir. Tentara penjajah itu mengklaim bahwa Hamas menggunakan infrastruktur sipil untuk melindungi operasinya.

Jumlah korban terbunuh di Gaza sekarang mencapai 51.065. Sebagian besar wanita dan anak-anak. Sementara sebanyak 1.691 orang dilaporkan terbunuh sejak ‘Israel” melancarkan kembali serangan genosida pada pertengahan Maret lalu.

Sejak serangan “Israel” dimulai pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan Hamas ke wilayah jajahan “Israel” di selatan, yang menewaskan 1.218 orang di “Israel”, Gaza telah berada di bawah blokade total.

Situasi kemanusiaan telah memburuk sejak saat itu. PBB memperingatkan, Gaza akan kekurangan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan air bersih yang sangat parah.

Bahkan organisasi bantuan telah dikecam.

Komite Palang Merah Internasional mengatakan sebuah bahan peledak menghantam salah satu pangkalannya di Gaza pada Rabu – serangan kedua dalam waktu kurang dari sebulan – yang memicu kecaman keras.

Menteri Pertahanan penjajah, “Israel” Katz, membela blokade tersebut, dengan menyatakan bantuan akan ditahan “sampai Hamas dikalahkan”. Karena itu, Hamas menyebut “Israel” secara terbuka telah melakukan kejahatan perang.

“Israel” sekarang mengklaim telah menguasai 30% Jalur Gaza, menciptakan zona penyangga yang menurut PBB telah mengungsikan setengah juta orang dalam waktu kurang dari sebulan. (mus)

Baca Juga