Di Tengah Tekanan AS, Netanyahu Izinkan Bantuan Masuk Gaza, Meski Ditentang Mayoritas Menterinya

 

SALAM-ONLINE.COM: Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu pada hari Ahad (18/5/2025) mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Menurut media penjajah, Yedioth Ahronoth, Senin (19/5), mengutip sumber di kabinet Netanyahu, keputusan ini dibuat tanpa pemungutan suara dan bertentangan dengan keinginan mayoritas menteri.

Langkah tersebut dilakukan di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk mencegah krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah tersebut.

Dalam rapat kabinet, Menteri Keamanan ekstrem garis keras penjajah, Itamar Ben-Gvir, menuntut pemungutan suara, tetapi ditolak. Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi menolak permintaan Ben-Gvir dan menuduhnya melakukan penghasutan.

Setelah pengumuman Netanyahu itu, Ben-Gvir, Sekretaris Kabinet Yossi Fuchs dan Kepala Staf IDF (Militer penjajah) Letnan Jenderal Eyal Zamir meninggalkan ruang pertemuan tersebut. Angkatan Darat memberikan pengarahan situasional, para menteri menyuarakan pendapat mereka, dan sidang ditunda.

Anggota kabinet yang hadir mengatakan mereka yakin keputusan itu berasal dari tekanan AS. Jaksa Agung Gali Baharav-Miara mendukung keputusan Netanyahu. Miara menegaskan, tidak diperlukan pemungutan suara.

Dalam sebuah pernyataan, Kantor Perdana Menteri penjajah mengklaim keputusan izin masuknya bantuan tersebut dibuat atas rekomendasi Pasukan Pertahanan “Israel” dan didorong oleh kebutuhan operasional.

“Untuk memungkinkan intensifikasi pertempuran yang berkelanjutan guna mengalahkan Hamas, ‘Israel’ akan mengizinkan sejumlah makanan pokok masuk ke Gaza guna mencegah berkembangnya krisis kelaparan,” demikian pernyataan tersebut.

“Krisis seperti itu akan membahayakan operasi Gideon’s Chariots yang sedang berlangsung untuk membubarkan Hamas,” lanjut Pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa “Israel” akan melakukan tindakan pencegahan agar Hamas tidak mengambil alih kendali distribusi bantuan dan memastikan bantuan tersebut tidak sampai ke tangan para pejuang kelompok perlawanan tersebut.

Pengaturan bantuan, yang dianggap sebagai solusi sementara, dimaksudkan untuk keberlangsungan operasional pasukan penjajah hingga sebuah firma keamanan Amerika mulai mengawasi distribusi di zona kemanusiaan yang telah ditentukan, yang diharapkan akan dimulai pada 24 Mei.

Rencana pengiriman bantuan ini ditolak oleh sebagian besar menteri. Hanya satu menteri (Dudi Amsalem) yang mendukung. Keputusan akhir memungkinkan bantuan menjangkau lebih banyak daerah di Gaza tetapi tidak termasuk zona pertempuran yang aktif.

Parahnya lagi para menteri penjajah itu juga memang benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan. Mereka malah memperdebatkan apakah kondisi kelaparan memang nyata ada di Gaza.

Sementara beberapa lainnya menyatakan bahwa kelaparan dan ketidaksediaan barang dan bahan makanan itu memang nyata, pihak lain mengutip laporan tentang ketersediaan barang di pasar dan berlanjutnya kendali Hamas atas gudang-gudang makanan. Pengiriman bantuan akan segera dimulai.

Pengumuman tersebut menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Jumat (16/5) saat berkunjung ke Uni Emirat Arab.

“Kami sedang melihat Gaza, dan kami akan mengatasinya,” kata Trump seraya menambahkan bahwa “banyak orang kelaparan, banyak hal buruk terjadi di sana.”

Menteri ekstremis penjajah Itamar Ben-Gvir meresponsnya. Ia mengecam keputusan tersebut. Menurutnya, bantuan apa pun ke Gaza—di seluruh wilayah—akan “memberi bahan bakar bagi Hamas dan memberinya oksigen”, sementara para sandera “Israel” masih ditawan.

“Perdana menteri membuat kesalahan besar dan tidak memiliki dukungan mayoritas untuk keputusan ini,” kata Ben-Gvir. Ia menambahkan, “Hamas harus dihancurkan, bukan dipertahankan.”  (mus)

Baca Juga
Baca Juga