Netanyahu Sebut Inggris, Prancis & Kanada Dukung Hamas

SALAM-ONLINE.COM: Penjahat perang Benjamin Netanyahu menyebut para pemimpin Inggris, Prancis dan Kanada memberikan dukungan kepada Hamas dengan menyemangatinya setelah ketiga negara itu mengecam operasi militer “Israel” di Gaza dan menyerukan diakhirinya pembatasan/larangan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah kantong Palestina tersebut.

Dalam pesan video yang diunggah di X pada Kamis (22/5/2025) seperti dilansir Middle East Eye (MEE), Jumat (23/5), Netanyahu dengan merujuk pada penembakan yang menewaskan dua staf kedutaan “Israel” di Washington pada Rabu (21/5), menggambarkan insiden tersebut sebagai “harga yang sangat mahal dari antisemitisme” dan menyalahkannya sebagai “hasutan yang merajalela terhadap Israel”.

Penegasan Netanyahu itu merupakan tanggapan atas pernyataan bersama yang dikeluarkan awal pekan ini oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney.

Ketiga pemimpin tersebut menggambarkan perilaku “Israel” di Gaza sebagai hal yang “mengerikan”. Ketiganya mengancam “Israel” dengan “tindakan konkret” jika serangan ke Gaza terus berlanjut tanpa kendali.

Netanyahu pun menuduh ketiganya mendorong Hamas untuk terus berjuang.

Pada Selasa lalu Hamas secara terbuka menyambut baik pernyataan bersama ketiga pemimpin tersebut. Gerakan perlawanan Palestina ini menyebutnya sebagai “sikap berprinsip” terhadap “kebijakan blokade dan kelaparan yang dilakukan oleh rezim penjajah fasis terhadap rakyat di Jalur Gaza”.

Reaksi Netanyahu muncul di tengah gelombang kecaman internasional terhadap tindakan “Israel” di Gaza dan seruan baru dunia untuk gencatan senjata segera.

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengumumkan penangguhan negosiasi terhadap perjanjian perdagangan bebas Inggris-“Israel” yang baru.

Baca Juga

Lammy mengutip pernyataan yang menghasut dari pejabat senior “Israel”, termasuk seruan untuk “membersihkan Gaza” sebagai “menjijikkan, mengerikan, dan ekstremis”, yang menandai perubahan tajam dalam hubungan Inggris-“Israel”.

Inggris juga telah menjatuhkan sanksi kepada beberapa pemukim ilegal “Israel” yang melakukan serangan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki/dijajah.

Berbicara kepada BBC Radio 4 pada Jumat (23/5), Menteri Angkatan Bersenjata Inggris Luke Pollard membela sikap Inggris. “Jalan terbaik menuju keselamatan bagi warga Palestina dan ‘Israel’ adalah gencatan senjata, pembebasan sandera, dan pengiriman bantuan tanpa hambatan,” katanya.

Pada tanggal 18 Maret, “Israel” melanjutkan serangan udara berskala besar di Jalur Gaza, yang secara efektif mengakhiri gencatan senjata yang telah berlaku sejak 19 Januari. Sejak itu lebih dari 3.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza.

Rezim penjajah mengutip kegagalan Hamas untuk membebaskan sandera sebagai alasan untuk melanjutkan operasi militer.

Sementara blokade yang diperbarui telah sangat membatasi bantuan kemanusiaan.

Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu memperingatkan bahwa lebih dari separuh penduduk Gaza, sekitar 1,1 juta orang, menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah. Bencana kelaparan itu sendiri sudah terjadi di beberapa bagian wilayah tersebut.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hingga Kamis (22/5) sedikitnya 29 anak-anak dan orang tua telah meninggal lantaran kelaparan. Sementara ribuan lainnya berisiko mengalami kekurangan gizi dan kurangnya akses ke perawatan medis. (kk)

Baca Juga