300.000 Warga Suriah di Ghouta Terkepung tanpa Fasilitas Medis, WHO Tuntut Akses Kemanusiaan

SALAM-ONLINE: Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, Senin (27/3) menuntut akses kemanusiaan langsung, tanpa hambatan, ke Ghouta Timur, Suriah, di mana lebih dari 300.000 warga terkepung tanpa fasilitas medis.

WHO menyebutkan bahwa kondisi kesehatan warga di Ghouta Timur Suriah semakin memburuk. Dalam pernyataannya WHO menuntut akses kemanusiaan langsung di Ghouta tanpa hambatan.

Lebih dari 300.000 di wilayah Ghouta timur, sejak 2102 berada di bawah tekanan rezim Basyar Asad. Warga di daerah ini secara rutin menjadi target serangan udara dan tembakan artileri, termasuk senjata kimia.

“Waktu hampir habis bagi masyarakat Timur Ghouta. Kebutuhan kesehatan meningkat, sumber daya yang tersedia habis dari hari ke hari. Tujuan utama kami sekarang adalah untuk menyediakan akses ke perawatan, menyelamatkan nyawa ribuan orang yang sakit, wanita dan anak-anak,” kata perwakilan WHO di Suriah, Elizabeth Hoff, sebagaimana dilansir alaraby.co.uk (The New Arab), Senin (27/3).

“WHO dan mitra kesehatan telah menempatkan pasokan bahan makanan tambahan dan siap untuk membebaskan mereka secepat akses yang diberikan,” tambah pernyataan tersebut.

Sedikitnya, kata WHO, tiga rumah sakit umum dan 17 pusat kesehatan masyarakat di Timur Ghouta tidak bisa digunakan dan tidak dapat diakses untuk penduduk.

Baca Juga

“Jumlah anak-anak yang menderita luka trauma sangat cukup tinggi. Setidaknya 30 persen dari semua pasien dengan cedera parah akibat perang melanda anak-anak di bawah usia 15 tahun,” ungkap badan kesehatan PBB itu menambahkan.

Menurut pemantau independen, ratusan ribu warga sipil telah tewas dalam perang yang telah berlangsung lebih dari 6 tahun itu. Jutaan orang telah mengungsi baik, ke dalam maupun ke luar Suriah.

Serangan brutal dengan menggunakan senjata kimia, pengepungan, eksekusi massal dan penyiksaan terhadap warga sipil menyebabkan mendesaknya penyelidikan kejahatan perang yang dilakukan oleh rezim Basyar Asad dukungan Rusia dan Iran tersebut. (EZ/salam-online)

Sumber: The New Arab/alaraby.co.uk

Baca Juga