Panglima TNI: Kemerdekaan Indonesia karena Peran Ulama dan Santri

Panglima TNI dan Ulama

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan, sejarah terbentuknya TNI berasal dari para ulama dan santri yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Gatot menjelaskan, setelah kemerdekaan diraih, sebagian dari para ulama dan santri ada yang kembali ke pesantrennya masing-masing.

Namun, ada pula yang berdagang dan berkarya serta sebagian lainnya terpanggil untuk menjaga Keamanan Rakyat. Setelah itu, para ulama dan santri tersebut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang terus berkembang dan saat ini dikenal dengan nama TNI.

“Setelah kemerdekaan, para ulama dan santri ada yang kembali ke pesantrennya masing-masing, namun ada pula yang berdagang dan berkarya. Sebagian dari mereka terpanggil untuk menjaga Keamanan Rakyat, maka dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang saat ini kita kenal dengan TNI,” terang Gatot saat melakukan Safari Ramadhan di Jabung Malang, Jawa Timur, seperti dikutip Republika.co.id, Senin (12/6).

Gatot juga mencontohkan, Panglima Besar Jenderal Sudirman (Panglima TNI pertama) adalah pejuang yang berasal dari rakyat dengan latar belakang sebagai guru agama yang tidak pernah lepas dari wudhu sehingga para prajuritnya memanggil sang jenderal dengan sebutan Kiai.

Baca Juga

“Oleh karena itu, TNI dan rakyat serta Ulama tidak mungkin bisa dipisahkan sampai kapanpun dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai bersama,” tegasnya.

Jadi, kata Gatot, sejarah terbentuknya TNI tidak bisa dipisahkan dari rakyat. Terlebih, menurutnya, perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia karena dilakukan bersama-sama dengan rakyat, para ulama dan santri.

“TNI dan rakyat tidak bisa dipisahkan, karena sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran rakyat termasuk ulama dan santri yang tergabung dalam laskar-laskar pejuang,” ungkapnya.

Sumber: Republika.co.id

Baca Juga