Baru Gencatan Senjata Disepakati, Rusia dan Rezim Asad Bantai 44 Warga Ghouta dengan Gas Pembakar

GHOUTA (SALAM-ONLINE): Angkatan Udara Rusia yang mendukung milisi rezim Basyar Asad dalam serangannya di daerah oposisi Ghouta timur, melakukan pembantaian yang mengerikan di Kota Arbeen.

Jumlah korban terbunuh yang terbakar hidup-hidup akibat gempuran gas pembakar napalm itu semula 37 orang, kini bertambah menjadi 44 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.

Pembantaian yang menggunakan amunisi pembakar dalam semalam seperti dilansir Orient-News, Jumat (23/3/2018) itu dilakukan setelah faksi-faksi oposisi mencapai kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia dengan rezim Asad di kantong utama Ghouta.

“Pembantaian di kota Arbeen dilakukan setelah tengah malam pada 23 Maret, ketika pesawat Rusia menggempur tempat perlindungan bawah tanah dengan rudal bunker-buster dan gas napalm (zat pembakar),” lapor koresponden Orient-News di lapangan, Jumat (23/3).

Dengan serangan itu, Rusia dan rezim Asad telah mengabaikan gencatan senjata yang baru saja disepakati dengan Al-Rahman Legion, faksi oposisi yang mengendalikan daerah itu.

Koresponden Orient-News membenarkan bahwa 44 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa mereka, dibakar hidup-hidup dengan amunisi pembakar yang menimpa tempat persembunyian bawah tanah warga sipil di Arbeen itu.

Baca Juga

Zaher Hassoun, aktivis di daerah kantong oposisi itu, sebagaimana dikutip Aljazeera, Jumat (23/3), membenarkan laporan bahwa rezim Suriah telah menggempur tempat penampungan (persembunyian warga di bawah tanah) dengan gas napalm—cairan yang mudah terbakar dan menempel pada kulit, menyebabkan luka bakar yang parah.

Rezim Asad telah menghancurkan Ghouta timur menjadi tiga zona terpisah dalam serangan satu bulan untuk menghancurkan kubu oposisi utama terakhir di dekat ibu kota Damaskus tersebut.

Serangan rezim yang didukung jet-jet tempur Rusia sejak 18 Februari itu menjadi salah satu perang paling mematikan di Suriah, membunuh lebih dari 1.700 orang di Ghouta timur. (S)

Sumber: Orient-News, Aljazeera

Baca Juga