Presiden Erdogan Peluk Bayi Karim yang Kehilangan Mata Kirinya karena Serangan Rezim Asad

Presiden Erdogan menggendong bayi Karim Abdallah (5 bulan). (Foto: Anadolu Agency)

ANKARA (SALAM-ONLINE): Bayi Suriah, Karim Abdallah (5 bulan), yang menjadi simbol penderitaan para korban sipil dari serangan rezim Basyar Asad yang didukung Rusia dan Iran, akhirnya mendapat perlindungan dan selamat tiba di Hatay, Turki selatan bersama keluarganya, Ahad (1/4/2018).

Bertemu keluarga Karim, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggendong bayi itu dan memeluknya.

Bayi Karim kehilangan salah satu matanya (di sebelah kiri), juga kehilangan ibunya saat rezim Basyar Asad membombardir Ghouta Timur.

Setelah Idlib, Karim dan keluarganya memasuki Hatay, Turki melalui gerbang perbatasan Cilvegozu, lapor koresponden Kantor Berita Anadolu di lapangan, Ahad (1/4).

Sebelumnya Karim dan keluarganya meninggalkan Ghouta Timur menuju Idlib sebagai bagian dari evakuasi di bawah perjanjian gencatan senjata yang ditawarkan oleh Rusia, meskipun serangan terhadap warga sipil di sana terus berlanjut.

Karim Abdallah, bayi yang terluka dan kehilangan mata kirinya pada Desember 2017 lalu akibat serangan keji rezim Basyar Asad di Ghouta Timur, wilayah yang sebenarnya sudah disepakati sebagai zona de-eskalasi, dilarang melancarkan serangan, berdasarkan ‘Perjanjian Astana’. Dalam serangan biadab tahun lalu itu, Karim juga kehilangan ibundanya. Ibu Karim terbunuh.

Menurut ayah Karim, Abu Mohammad, peralatan medis yang diperlukan untuk merawat mata anaknya tidak ada di Ghouta Timur, yang selama lima tahun terakhir berada di bawah pengepungan rezim Asad.

Abu Mohammad mengungkapkan bahwa dirinya berkeinginan anaknya, Karim, mendapatkan perawatan yang layak di luar Ghouta Timur.

Baca Juga

“Saya ingin anak saya dirawat di rumah sakit yang layak di luar Ghouta Timur,” harap Abu Mohammad.

Meskipun dia mengaku dokter di daerahnya telah melakukan hal yang terbaik untuk mata Karim, akan tetapi untuk menyelamatkan matanya yang kedua, menurut Abu Mohammad, Karim perlu dirawat di Luar Negeri.

Presiden Mendekap bayi Karim Abdallah yang tengah tertidur pulas. (Foto: Anadolu Agency)

Bayi Karim menjadi simbol pengepungan Ghouta Timur pada Desember 2017 lalu setelah Kantor Berita Turki, Anadolu, mempublikasikan kisahnya ke seluruh dunia dan memacu kampanye media sosial untuk membantunya.

Media sosial meresponsnya. Kisah bayi Karim menjadi viral di media sosial dan mendapat dukungan serta simpati luar biasa dari publik.

Pengguna Twitter di seluruh dunia memposting gambar dengan tangan mereka menutupi mata kiri mereka.

“#BabyKarim Saya melihat Anda” dan “Pengepungan #EasternGhouta harus berakhir”, demikian hastags yang menjadi trending di Twitter. (S)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga