KAMMI Gelorakan Reformasi 2.0

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMM) menggelar Silaturahmi Reformasi. Dalam acara tersebut PP KAMMI menghadirkan tiga narasumber yang selama ini menjadi ikon Reformasi, yakni mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dan Fadli Zon.

Di hadapan para tokoh tersebut, Rabu (23/5/2018, di Jakarta, KAMMI menggelorakan Reformasi 2.0.

Ketua Umum PP KAMMI Irfan Ahmad Fauzi mengatakan, KAMMI gelorakan Reformasi 2.0 ini sebagai tanda (isyarat) kepada pemerintah bahwa bangsa ini sedang menuju krisis, sehingga perayaan 20 tahun Reformasi ini menjadi momentum yang tepat, mengingat kondisi bangsa saat itu juga berada dalam krisis.

“Gelora 2.0 ini hadir juga untuk menjadi tanda kepada rekan-rekan mahasiswa bahwa kita harus bersiap-siap,” tegas Irfan.

Amien Rais sangat mendukung gerakan Reformasi 2.0 ini. “Saya ingin ingatkan, bahwa 20 tahun yang lalu ketika saya gabung sama mahasiswa jaket kuning, jaket biru, jaket cokelat, apapunlah ya, mereka disebut moral force atau kekuatan moral, dan mahasiswa sekarang harusnya seperti itu,” kata Amien.

Baca Juga

Fadli Zon juga menyatakan mendukung inisiatif KAMMI tersebut. Menurut Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini, kehadiran KAMMI memang untuk melakukan aksi, maka namanya saja kesatuan aksi. Kalau KAMMI sudah tidak melakukan aksi, tapi lebih menjadi pengamat, maka namanya diganti saja menjadi kesatuan pengamat.

“Kita bicara ekonomi secara makro saja bahwa selama ini Indonesia tidak mengalami pertumbuhan, selama ini target pertumbuhan 7% hanya menjadi mimpi saja, bahkan target tahunan pun tidak tercapai, sehingga mahasiswa harus semakin kritis terhadap persoalan bangsa kita,” ujarnya.

Seperti halnya Fadli, Fahri Hamzah juga mendukung inisiatif Reformasi 2.0 yang digelorakan KAMMI. Fahri mengingatkan, masa depan bangsa dan masa depan rakyat semua. Dia menyinggung impor tenaga kerja asing (TKA) yang akan menyedot sumber daya alam (SDA), berdampak pada masa depan bangsa dan rakyat Indonesia.

“Kemudian impor Tenaga Kerja Asing dengan berbagai alasan, sehingga tenaga kerja sendiri gak dipake. Dan TKA itu bekerja di sektor besar yang kita tidak tahu terutama penyedotan Sumber Daya Alam. Orang asing datang untuk nyedot SDA, jadi ini ada pesta pora di rumah kita, rakyat kita tidak dapat apa-apa, itu buruh masih demo sampai hari ini,” gugat Fahri. (*)

Baca Juga