PBB dan Dunia Gagal Hentikan Pembersihan Etnis Rohingya di Myanmar

ISTANBUL (SALAM-ONLINE): Dunia gagal melakukan langkah nyata untuk melawan dan menghentikan pembersihan etnis Muslim Rohingya di Myanmar, kata Kyaw Win, kepala Jaringan Hak Asasi Manusia Burma (Myanmar) yang berpusat di Inggris.

“Masyarakat internasional tidak mengambil tindakan konkret terhadap penguasa Myanmar dan pasukannya yang melakukan aksi kekerasan terhada Muslim di Rakhine. Ini mendorong mereka (otoritas Myanmar) untuk membuat lebih banyak masalah dan menyerang orang (Rohingya),” kata Kyaw Win kepada kantor berita Anadolu Agency dalam wawancara telepon yang dilakukan saat ia menghadiri konferensi di Istanbul, Senin (7/5/2018).

Dia menyesalkan PBB tidak mau mengambil tindakan terhadap “genosida (pembersihan etnis) yang nyata”. Padahal, Win menyebutkan delegasi Dewan Keamanan PBB telah mengunjungi negara Rakhine, tempat berlangsungnya banyak aksi kekerasan terhadap Muslim Rohingya.

Win, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (8/5), mengungkapkan bahwa penganiayaan terhadap Muslim Rohingya dimulai di tangan umat Buddha Myanmar, namun sekarang orang-orang dari kelompok agama lain juga dilibatkan.

Win berterima kasih kepada orang-orang Turki dan pemerintahnya karena berdiri di samping Rohingya dalam “masa yang menakutkan” ini.

Kepada pengungsi Rohingya di Bangladesh, ia memperingatkan bahwa musim hujan akan mengancam kesehatan dan keselamatan sekitar 200.000 pengungsi.

Turki telah berada di garis terdepan dalam memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya. Presiden Recep Tayyip Erdogan telah mengangkat masalah ini di PBB.

Sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750.000 Rohingya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar ketika pasukan negara itu melancarkan aksi kekerasan terhadap kelompok Muslim minoritas tersebut, kata Amnesty International.

Baca Juga

Setidaknya 9.000 Rohingya terbunuh di negara bagian Rakhine sejak 25 Agustus hingga 24 September 2017, demikian diungkap Doctors Without Borders—NGO internasional para dokter yang bergerak untuk kemanusiaan tanpa sekat/batas geografis.

Dalam laporan yang diterbitkan pada 12 Desember 2017 itu, organisasi kemanusiaan global tersebut mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 orang Rohingya disebabkan oleh kekerasan. Mereka, termasuk 730 anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Etnis Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat karena puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal yang dimulai pada 2012.

PBB telah mendokumentasikan perkosaan massal, pembunuhan, termasuk bayi dan anak kecil, pemukulan brutal dan penghilangan nyawa yang dilakukan oleh personel keamanan.

Dalam laporannya, penyelidik PBB mengatakan bahwa pelanggaran dan aksi kekerasan tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. (S)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga