AS Umumkan Gencatan Senjata Suriah- ‘Israel’, Tipu Daya Licik Netanyahu Tetap Lanjutkan Kekerasan di Suwayda

Kesepakatan gencatan senjata untuk Provinsi Suwayda ditandatangani oleh Suriah dan “Israel”. Tapi milisi Teroris Druze peliharaan zionis tetap lancarkan serangan ke warga Badui dan kelompok lainnya. Inilah permainan licik Netanyahu, seperti dilakukannya di Gaza.

Kantor Kepresidenan Suriah pada Jumat malam berjanji akan mengerahkan pasukan baru ke wilayah selatan untuk menghentikan bentrokan lebih lanjut

SALAM-ONLINE.COM: Amerika Serikat mengatakan pada Sabtu (19/7/2025) pagi bahwa mereka telah merundingkan gencatan senjata antara pemerintah Suriah dengan “Israel” di tengah bentrokan baru yang meletus di jantung Druze Suriah menyusul kekerasan yang memicu serangan besar-besaran penjajah “Israel”.

Ratusan orang meregang nyawa sejak Ahad (13/7) dalam kekerasan antara komunitas Druze dan warga Badui. Bentrokan antara dua kelompok di Suwayda, Suriah selatan ini tak terlepas dari provokasi “Israel” atas kelompok Druze, sehingga memicu aksi kekerasan.

Dilansir AFP, Sabtu (19/7), “Israel” melakukan intervensi pada Rabu (16/7) dengan serangan besar-besaran di jantung ibu kota Damaskus, termasuk menghantam markas besar militer.

Tom Barrack, juru bicara AS untuk Suriah, mengatakan Sabtu dini hari (19/7) di Timur Tengah bahwa Sharaa dan Perdana Menteri Israel (penjajah) Benjamin Netanyahu “telah menyepakati gencatan senjata” yang dinegosiasikan Amerika Serikat.

Barrack, yang merupakan duta besar AS untuk Turki, mengatakan kesepakatan itu didukung oleh Turki, pendukung utama Sharaa, serta negara tetangga Yordania.

“Kami menyerukan kepada kaum Druze, Badui dan Sunni untuk meletakkan senjata mereka dan bersama dengan minoritas lainnya membangun identitas Suriah yang baru dan bersatu dalam perdamaian dan kesejahteraan dengan negara-negara tetangganya,” tulis Sharaa di X.

Amerika Serikat pada hari Rabu mengumumkan kesepakatan sebelumnya di mana Sharaa menarik pasukan pemerintah keluar dari Suwayda, pusat minoritas Druze di selatan.

Sharaa mengatakan mediasi tersebut membantu mencegah “eskalasi berskala besar” dengan “Israel”, tetapi kantor Kepresidenan menyebut kelompok bersenjata Druze melanggarnya.

Kantor Kepresidenan pada Jumat malam berjanji untuk mengerahkan pasukan baru ke wilayah tersebut guna meredakan bentrokan lebih lanjut di Suriah selatan itu. Kantor Presiden juga mendesak “semua pihak untuk menahan diri dan mengutamakan akal sehat”.

“Pertempuran kembali meletus pada Jumat (18/7) antara faksi-faksi suku Badui dan Druze di pintu masuk Suwayda,” lapor AFP.

Sekitar 200 pejuang suku Badui bentrok dengan pria Druze bersenjata dari kota tersebut. “Mereka menggunakan senapan mesin dan granat.”

Sementara dilaporkan terjadi pertempuran dan penembakan di permukiman di Suwayda.

Sejumlah kecil dokter dan perawat di rumah sakit bekerja untuk merawat korban luka yang datang dari bentrokan yang sedang berlangsung. Beberapa di antaranya berada di lorong-lorong.

Omar Obeid, seorang dokter di rumah sakit pemerintah, mengatakan kepada AFP bahwa rumah sakit tersebut telah menerima “lebih dari 400 jenazah” sejak Senin pagi.

“Tidak ada lagi ruang di kamar mayat. Jenazah-jenazah itu ada di jalan, di depan rumah sakit,” kata Obeid, Presiden dari Ordo Dokter cabang Suwayda.

Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB pada Jumat mengatakan bahwa 79.339 orang telah mengungsi sejak Ahad (13/7). Termasuk sebanyak 20.019 orang pada hari Kamis.

Bantuan Suku

Bala bantuan suku dari seluruh Suriah berkumpul di desa-desa sekitar Suwayda pada Jumat untuk memperkuat suku Badui setempat, yang permusuhan lamanya terhadap Druze meletus menjadi kekerasan akhir pekan lalu.

Baca Juga

Anas al-Enad, seorang kepala suku dari pusat kota Hama, mengatakan bahwa ia dan anak buahnya telah melakukan perjalanan ke desa Walgha, barat laut Suwayda, karena “Suku Badui itu meminta bantuan kami dan kami datang untuk mendukung mereka.”

Seorang koresponden AFP melihat rumah dan toko-toko yang terbakar di desa tersebut, yang kini berada di bawah kendali suku Badui dan sekutu mereka.

Penjajah Zionis “Israel” yang memiliki komunitas Druze yang cukup besar, mengatakan pada Jumat bahwa mereka mengirimkan bantuan senilai hampir $600.000 (sekitar Rp 9,9 miliar), termasuk makanan dan pasokan medis, kepada Druze di Suwayda.

Zionis penjajah itu telah berjanji untuk membela komunitas Druze, meskipun beberapa diplomat dan analis mengatakan tujuannya adalah untuk melemahkan militer di Suriah, musuh bebuyutannya, karena “Israel” berada di titik lemah sejak kelompok Islam pimpinan Ahmad al-Sharaa menggulingkan Basyar Assad, sekutu Iran dan Rusia pada 8 Desember 2024.

PBB menuntut penyelidikan independen

Rayan Maarouf, pemimpin redaksi media berita lokal Suwayda 24, mengatakan situasi kemanusiaan saat itu “sangat buruk”.

“Kami tidak dapat menemukan susu untuk anak-anak,” kata Maarouf.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyerukan diakhirinya pertumpahan darah dan “investigasi yang independen, cepat, dan transparan terhadap semua pelanggaran”.

Komite Internasional Palang Merah memperingatkan bahwa fasilitas kesehatan kewalahan, dengan pemadaman listrik yang menghambat pengawetan jenazah di kamar mayat yang penuh sesak.

“Situasi kemanusiaan di Suwayda sangat kritis. Orang-orang kehabisan segalanya,” kata Stephan Sakalian, kepala delegasi ICRC di Suriah.

“Rumah sakit semakin kesulitan merawat yang terluka dan sakit, dan keluarga tidak dapat menguburkan orang yang mereka cintai secara bermartabat,” katanya.

Kekerasan terbaru meletus pada Ahad (13/7) setelah penculikan seorang pedagang sayur Druze oleh penduduk Badui setempat memicu penculikan balasan, ungkap seorang pemantau perang yang berbasis di Inggris.

Permainan licik Netanyahu 

Kini, meski Sharaa dan Netanyahu menandatangani kesepakatan gencatan senjata, tetapi di lapangan, “Israel” melalui tipu daya licik Netanyahu tetap memprovokasi kelompok Druze untuk tidak meletakkan senjata.

Media lokal Suriah melaporkan, sampai saat ini, situasi di provinsi Suwayda sendiri masih belum berubah. Kekerasan tetap berlangsung.

Milisi teroris Druze telah menolak perjanjian di lapangan. Secara langsung mereka menargetkan konvoi Pasukan Keamanan Suriah di tengah laporan korban jiwa di antara anggotanya.

Media lokal menyebut kelompok Zionis Hikmat al-Hijri menolak untuk mengakui perjanjian apa pun tanpa kendali penuh atas Provinsi tersebut dan mencegah pasukan keamanan Suriah memasuki Suwayda.

Milisi Zionis tersebut terdiri dari ratusan perwira intelijen dan preman dari rezim sebelumnya (rezim Basyar Assad) yang melakukan kejahatan terhadap rakyat Suriah dan pembantaian selama tahun-tahun revolusi. Mereka menganggap kendali negara atas Suwayda sebagai ancaman bagi nyawa mereka.

Bentrokan dan aksi kekerasan terus berlanjut hingga hari ini, meski ada kesepakatan gencatan senjata. Mirip seperti di Gaza. Meski ada kesepakatan gencatan senjata di Gaza,. “Israel” tetap lancarkan serangan. Kesepakatan cuma di atas kertas. Di lapangan tidak berlaku. Inilah permainan licik Netanyahu. (mus)

Baca Juga