Setelah Kesepakatan Gencatan Senjata Diumumkan, Serangan Dahsyat ‘Israel’ Guncang Gaza

Asap mengepul dari Gaza setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa “Israel” penjajah dan Hamas menyetujui fase pertama gencatan senjata di Gaza, 9 Oktober 2025 (Reuters/Ammar Awad)

SALAM-ONLINE.COM: Serangan Zionis “Israel” terus berlanjut di Jalur Gaza meskipun mediator telah mengumumkan pada Kamis (9/10/2025) bahwa gencatan senjata telah disepakati untuk mengakhiri perang genosida dua tahun di wilayah Palestina tersebut.

Media lokal seperti dikutip Middle East Eye (MEE), Kamis, melaporkan serangan udara besar-besaran dan penembakan artileri terjadi di Kota Gaza dan Khan Younis pada Rabu malam.

Quadcopter (sejenis drone) “Israel” juga dilaporkan menjatuhkan bom terhadap warga sipil di Kota Gaza.

Serangan itu setidaknya mengakibatkan kematian sebanyak sembilan orang, kata pejabat kesehatan Palestina.

Sementara itu, tank-tank “Israel” memblokir Jalan Al-Rasheed untuk mencegah warga Palestina yang mengungsi kembali ke rumah mereka di Gaza utara dari selatan. Pasukan penjajah itu sesekali menembakkan peluru tajam dan peluru artileri.

Kementerian Dalam Negeri Palestina dan Pertahanan Sipil telah mendesak warga sipil untuk menjauh dari daerah-daerah di mana pasukan Zionis saat ini ditempatkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Serangan baru ini terjadi setelah mediator AS, Qatar dan Mesir mengumumkan pada Kamis (9/10) pagi bahwa kesepakatan telah dicapai antara “Israel” penjajah dengan Hamas untuk mengakhiri perang.

Menurut Qatar, kedua belah pihak menyepakati rincian tahap pertama dari kesepakatan yang akan “mengarah pada berakhirnya perang, pembebasan sandera ‘Israel’ dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan”.

Rincian lebih lanjut akan dirilis kemudian, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan kesepakatan telah dicapai untuk “mengakhiri perang di Gaza, memastikan penarikan pasukan pendudukan, mengizinkan masuknya bantuan, dan memfasilitasi pertukaran tahanan.”

Dalam sebuah unggahan di X, Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu menyebutnya sebagai “hari yang luar biasa bagi Israel”. Ia berterima kasih kepada Presiden AS Donald Trump beserta timnya atas upayanya dalam mengamankan pembebasan para tawanan.

Netanyahu menambahkan bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan kabinetnya pada Kamis untuk menyetujui perjanjian tersebut dan “memulangkan para sandera”.

Baca Juga

Laporan media menunjukkan bahwa gencatan senjata berlangsung pada Kamis sore.

Pada hari Ahad atau Senin, Hamas diperkirakan akan membebaskan 20 tawanan hidup dengan imbalan sekitar 2.000 tahanan Palestina, meskipun daftar akhir masih menunggu persetujuan.

Sementara itu, pasukan penjajah akan memulai penarikan bertahap dari Jalur Gaza. Namun, masih belum jelas seperti apa garis penarikan untik tahap awal.

Setidaknya 400 truk bantuan diperkirakan akan memasuki Gaza segera setelah perjanjian ditandatangani. Jumlah truk itu diperkirakan akan bertambah dalam beberapa hari mendatang.

Ketentuan lain dari kesepakatan yang merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai “rencana perdamaian” AS itu, akan dibahas pada tahap selanjutnya. Ini termasuk penarikan penuh pasukan penjajah dari Gaza, pengerahan pasukan internasional di wilayah tersebut, dan ketentuan tambahan.

Perang (genosida) di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan mendadak yang dipimpin Hamas terhadap penjajah. Hamas menyebutkan pendudukan/penjajahan “Israel” selama 77 tahun, meningkatnya pelanggaran di Masjid Al-Aqsha, blokade Gaza yang melumpuhkan, dan perlakuan buruk terhadap tahanan Palestina sebagai alasan utama serangannya pada 7 Oktober 2023 itu.

Saat itu komando selatan tentara “Israel”—yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Gaza dan ditugaskan untuk memantau warga Palestina, menegakkan blokade, dan secara rutin mengebom daerah kantong tersebut—runtuh pada jam-jam awal serangan Hamas, yang mengakibatkan kekacauan yang meluas.

Serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 itu menewaskan sedikitnya 1.180 orang “Israel”. Selanjutnya ada kematian tambahan lebih dari 700 orang yang dilaporkan dalam pertempuran sejak saat itu. Hampir setengah dari total korban tewas “Israel” adalah warga sipil, sementara sisanya, lebih dari sebagian adalah tentara penjajah.

Sebagai balasan, “Israel” melancarkan serangan bom tanpa henti di Jalur Gaza, diikuti oleh invasi darat yang menghancurkan selama dua tahun, disertai pengepungan ketat terhadap penduduk.

Sejak itu, pasukan penjajah telah membunuh lebih dari 67.000 warga Palestina yang di antaranya diyakini (lebih dari 80%) adalah warga sipil, demikian data yang bocor dari militer ”Israel”.

Serangan itu juga menyebabkan kelaparan yang meluas dan mengakibatkan kehancuran atau kerusakan hampir setiap bangunan yang berdiri di Gaza — termasuk rumah, rumah sakit, sekolah, masjid dan gereja.

Banyak badan internasional, pakar PBB, dan negara mengklasifikasikan aksi “Israel” itu sebagai tindakan genosida terhadap rakyat Palestina. (ib)

Baca Juga