Menyorot Kesamaan Syiah dengan Yahudi dan Nasrani

syiah-kristen-yahudi-jpeg.imageOleh: NOFRIYANTO AL-MINANGKABAWY

Penulis Bina Qalam Indonesia

SALAM-ONLINE: Saya tidak membedakan apakah saya shalat bermakmum di belakang seorang penganut Jahmiyah atau Rafidhah (Syiah), ataukah bermakmum di belakang Yahudi dan Nasrani (semuanya tidak sah). Mereka tidak boleh disalami, tidak boleh dibesuk ketika sakit, tidak boleh dinikahi (wanitanya), tidak dilayat jenazahnya, dan tidak boleh dimakan sembelihannya,(Imam Bukhari, Khalqu Af’alil ‘Ibad, hal. 25).

Bagi mereka yang belum paham akan hakikat ajaran Syiah, ungkapan ulama ahli hadits di atas menyisakan satu pertanyaan. Pertanyaannya, di mana letak kesamaan antara Syiah dengan Yahudi dan Nasrani?

Untuk menjawab pertanyaan ini, penjelasan Ibnu Taimiyah dalam bukunya Minhajus Sunnah dapat mewakili. Dalam buku tersebut beliau menyebutkan ada tujuh kesamaan atau kemiripan Syiah dengan Yahudi dan Nasrani.

Pertama, sisi kesamaan antara Yahudi dan Syiah adalah bahwa fitnah yang ada pada Syiah itu persis seperti fitnah yang ada pada Yahudi. Kalau orang Yahudi mengatakan yang hanya layak memimpin kekuasaan adalah keluarga Dawud, begitu juga kata Syiah bahwa yang layak memimpin sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah Ali bin Abi Thalib beserta keturunannya.

Kedua, orang Yahudi mengatakan, ”Tak ada jihad di jalan Allah sehingga Al-Masih Ad-Dajjal keluar, dan pedang turun di tangan.” Sementara orang Syiah mengatakan, ”Tidak ada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga imam Al-Mahdi (imam kedua belas mereka) keluar dan ada yang mengomandokan dari langit.”

Ketiga, orang-orang Yahudi mengakhirkan shalat sampai munculnya bintang-bintang. Begitu pula orang-orang Syiah mereka mengakhirkan shalat Maghrib sampai muncul bintang-bintang. Padahal jelas-jelas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hal tersebut melalui haditsnya:

لاَ تَزَالُ أُمَّتِي عَلَى فِطْرَةٍ مَالَمْ يُؤَخِّرُوْا الْمَغْرِبَ إِلَى اشْتِبَاكِ النُّجُوْمِ

“Umatku masih dalam keadaan fitrah, selama tidak mengakhirkan shalat Maghrib sampai munculnya bintang-bintang, (HR. Imam Ahmad, hal. 4/147, 5/417, 422, Abu Daud (4/8) dan Ibnu Majah dalam Az-Zawaid dengan sanad hasan).

Keempat, orang-orang Yahudi memutarbalikkan Kitab Taurat serta mengubahnya, sebagaimana kaum Syiah memutarbalikkan Al-Qur’an dan mengubahnya sekaligus meyakini bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang tidak orisinil karena telah mengalami tahrif (distorsi).

Baca Juga

Kelima, kaum Yahudi mengingkari kebolehan mengusap Al-Khuf (sepatu atau slop) ketika berwudhu dalam bepergian. Begitu pula dengan Syiah, mereka melarangnya.

Keenam, orang-orang Yahudi membenci malaikat Jibril. Mereka mengatakan malaikat Jibril itu musuh Yahudi dari golongan malaikat sebagaimana Syiah mengatakan malaikat Jibril salah alamat ketika menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam.

Salah satu sekte Syiah yang berkeyakinan seperti ini yaitu sekte yang bernama Al-Gharibiyyah. Alasan mereka mengatakan bahwa malaikat Jibril telah berkhianat lantaran telah memalingkan risalah dari Haidar (Ali bin Abi Thalib). Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala sendirilah yang menggelari malaikat Jibril dengan al-Amin (terpercaya). Adapun Ayat-ayat yang menegaskan hal tersebut salah satunya adalah Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ

“Telah turun kepadanya Jibril yang dipercaya, (QS As-Syu’ara/26:163).

Ketujuh, Syiah sama dengan orang-orang Nasrani dalam masalah maskawin, yaitu wanita-wanita Nasrani tidak berhak mendapatkan maskawin karena mereka hanya untuk dipakai bersenang-senang (mut’ah). Letak kesamaannya dalam keyakinan Syiah adalah kehalalan nikah mut’ah yang juga untuk bersenang-senang semata, meskipun pihak wanita berhak mendapatkan maskawin. (Ibnu Taimiyyah, Minhajus Sunnah, 1/24).

Demikianlah ketujuh hal yang menurut Ibnu Taimiyah menjadikan Syiah tak ubahnya seperti Yahudi dan Nasrani. Dan ironisnya, ternyata orang-orang Yahudi dan Nasrani memiliki dua keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang Syiah. Keistimewaan tersebut adalah: Pertama, jika orang-orang Yahudi ditanya tentang siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian? Mereka akan menjawab para sahabat Nabi Musa AS.

Kedua, jika orang-orang Nasrani ditanya siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian, mereka akan menjawab para sahabat setia Nabi Isa AS. Akan tetapi jika orang-orang Syiah ditanya tentang siapa yang paling buruk dari pemeluk agama mereka, mereka menjawab para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Ibnu Taimiyyah, Minhajus Sunnah, 1/24).

Syiah dan Yahudi-1-jpeg.imageWalhasil, melihat kepada adanya kemiripan ajaran Syiah dengan Yahudi dan Nasrani di atas, maka selaku Muslim yang kritis sudah semestinya kita pertanyakan kembali orisinalitas “Islam” Syiah kepada setiap pemeluknya. Wallahu alam.

Baca Juga