Polusi Udara Kian Mengancam, Masker Solusinya?

JAKARTA (salam-online.com): Polusi udara sudah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Utamanya asap kendaraan dan asap rokok yang sangat berbahaya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2008) menyebutkan bahwa polusi udara diperkirakan berperan terhadap dua juta kematian prematur di seluruh dunia per tahun, karena dapat menimbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang.

Untuk menghindari paparan polusi udara sudah sepantasnya masyarakat perkotaan mengggunaakan masker yang bisa melindungi dirinya sendiri dan orang di sekitarnya.

Lantas, seberapa efektifkah masker digunakan untuk mengurangi ‘serangan’ polusi?

“Baik tidaknya suatu masker pada prinsipnya tergantung dari seberapa besar masker itu bisa memfiltrasi partikel,” ujar Agus Dwi Susanto, Sp.P, Ketua Divisi Paru Kerja dan Lingkungan Departemen Pulmunologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI, di Jakarta.

Agus menjelaskan, seperti kita tahu bahwa partikel yang masuk ke dalam mulai saluran napas atas sampai paru itu memiliki diameter di bawah 10 mikron. Penggunakan masker kain dan masker bedah sebenarnya kurang efektif untuk memfiltrasi partikel dan pajanan polutan.

Sedangkan masker N95 jauh lebih baik karena masker ini mampu memfiltrasi partikel yang berukuran hingga 0,5 mikron. Sementara kita tahu bahwa kuman-kuman itu memiliki diameter rata-rata di bawah 5 mikron.

macet, sumpek, udara kotor, pemandangan setiap hari di Jakarta

“Kalau misalnya mau yang bagus, pakailah masker yang terstandar, yang bisa memproteksi. Memang kita tidak bisa jamin 100 persen, tapi proteksi masker yang di atas 90 persen itu yang sebetulnya disarankan,” jelasnya.

Sementara, dokter dari PT Combiphar, dr Dandan Martadani menambahkan pada dasarnya masker berfungsi untuk melindungi kesehatan kita. Tetapi tipe masker itu sangat banyak, yang terpenting masker dapat menutupi hidung, mulut, dan sekitarnya.

Baca Juga

Menurut Dandan, masker yang dijual di pasaran dapat dikatakan surgical mask atau masker yang biasa digunakan dokter bedah ketika melakukan operasi. Masker tersebut memang dapat mengurangi paparan polusi udara, tetapi untuk lebih maksimal melindungi diri digunakan masker lain.

“Masker yang lebih protektif lagi itu adalah masker N95. Masker ini memiliki corong dan filter untuk menyaring partikel-partikel, dan menutup area hidung dan mulut,” terangnya.

Sebabkan infeksi saluran pernapasan

Beberapa hasil penelitian mengindikasikan, semakin lama seseorang terpajan (terpapar) bahan polutan, semakin besar mempunyai risiko gangguan saluaran napas. Rata-rata penelitian menyebutkan, jika seseorang terpajan rutin tiap hari selama lima tahun, biasanya sudah ada gangguan pada sistem saluran napas.

Agus menjelaskan, masker memang tidak sepenuhnya bisa melindungi paparan polusi udara. Namun, paling tidak dengan menggunakan masker, kita bisa terhindar dari terkena infeksi saluran pernapasan.

“Masker tidak sepenuhnya bisa memproteksi paparan, namun bisa memperkecil risiko terkena infeksi akibat paparan polusi udara,” kata Agus.

“Infeksi yang masih di fase awal, belum sampai terjadi radang di paru biasanya lebih mudah diatasi. Tapi kalau sudah terjadi radang, dan kuman turun ke saluran napas bawah, bisa memicu pneumonia,” urainya.

Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi ISPA masih cukup tinggi yaitu sebesar 25,50 persen dari penduduk Indonesia. Di tahun 2012, ISPA menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang terdapat di masyarakat. (mor/inilah.com/salam-online.com)

Baca Juga