BILA GEMPA MENJADI AZAB

Catatan Tsunami Jepang

Allah berfirman: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negri yang dahulunya aman lagi tentram rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (QS. An Nahl: 112)

Bercermin Kepada Turki

Baca Juga

Turki dulu merupakan negri yang menjadi pusat Khilafah Islamiyah, penjaga dan pembela syariat Islam. Namun ketika Musthafa Kamal At Taturk semuanya berubah. Khilafah Islamiyah dihapus, syari’at Islam dilenyapkan, pendidikan agama dihapuskan, mahakamah syariyah ditutup, shalat jum’at, iedul fitri dan iedul adha dilarang, membunuh dan menangkap aktifis Islam dan ulama, membolehkan wanita muslimah menikah dengan laki-laki non muslim, memaksa mereka keluar dimalam hari sebagai pelayan seks, dibangunnya pabrik-pabrik minuman keras, mengharamkan poligami dan lain-lain.
Akan bahaya dan dampak dari penghapusan khilafah ini, muncul reaksi dari para ulama. Maka empat hari setelah pengumuman penghapusan khilafah, Syaikh Muhammad Husnain dan para ulama Al Azhar lainnya membuat pernyataan yang berisi kutukan dan penentangan terhadap sikap yang diambil At Taturk serta perlunya mengembalikan kekhilafahan. Beliau berkata: “Para ulama telah sepakat akan wajibya mengangkat seorang khalifah bagi kaum muslimin..Maka wajib hukumnya bagi para ulama dan Ahlul Halli Wal ‘Aqd untuk segera mempertimbangkan membaeat seorang khalifah bagi kaum muslimin”.
Kondisi negri Turki yang sekuler terus berlanjut hingga saat ini. Para penguasanya tetap senantiasa memerangi syari’at Islam, menangkap para da’I yang menyeru umat akan pentingnya syari’at Islam. Dan ketika mayoritas masyarakat Turki terlena dengan kenikmatan yang ada maka Allah pun menurunkan azabnya berupa gempa berkekuatan dahsyat sehingga tercatat empat puluh ribu jiwa melayang belum lagi korban luka dan kerugian materi lainnya.
Gempa di Indonesia
Kalau kita perhatikan bencana yang terjadi pada akhir-akhir ini yang terjadi secara maraton; Gempa di Jawa Barat dan Sumbar serta daerah-daerah di sekitarnya tentunya tidak bisa kita lewatkan begitu saja. Hal ini harus menjadi bahan renungan bagi kita.
Gempa yang terjadi meskipun sudah diprediksi beberapa tahun yang lalu namun semuanya terjadi diluar kehendak dan kemampuan kita. Hal ini menunjukan betapa dahsyatnya dan agungnya kekuasaan Allah. Tidak ada satupaun manusia yang mampu menghalaunya:
إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ } [النحل:40]
“Sesungguhnya perkataan Kami atas sesuatu apabila Kami menghendakinya; Kami hanya mengatakan kepadanya: Jadilah, maka terjadilah ia”. (QS. An Nahl: 40).
Gempa Dan Tsunami di Jepang
Jum’at siang, 11/03/2011 di Jepang terjadi gempa yang dahsyat berkekuatan 8,9 yang diiringi dengan Tsunami dengan korban dan kerugian yang saat ini belum bisa diprediksi. Bahkan jalaran gempa dan Tsunami diprediksikan akan sampai ke Indonesia bagian Timur seperti Irian dan Sulawesi.
Jepang merupakan Negara yang sombong dan mayoritas penduduknya adalah kafir kepada Allah. Dan yang tidak boleh dilupakan Jepang termasuk salah satu sekutu Amerika yang mempunyai andil besar dalam mengobarkan permusuhan terhadap Umat Islam dan negri-negri kaum muslimin.
Ini bisa dipastikan merupakan peringatan dari Allah swt sebagai balasan atas kecongkakan mereka. Apa yang terjadi di Jepang sebelumnya balasan Allah terjadi juga di Australia.
Gempa yang terjadi bisa merupakan ujian, teguran atau bahkan azab sebagai bentuk sangsi atas dosa yang telah diperbuat. Karena prinsipnya adalah ‘Setiap Amal Pasti Ada Balasannya’.
Balasan atas pelanggaran terhadap syari’at Allah bisa dengan dibutakan hatinya sehingga tidak mau menerima dan mendengar kebenaran. Bisa juga dengan balasan dunia seperti gempa, badai, banjir, kebakaran, krisis yang berkepanjangan, kekeringan, menyebarnya penyakit yang mematikan dan lain sebagainya.
Klasifikasi Manusia Dalam menyikapi Gempa (Azab Allah)
Pertama: Kaum Yang Beriman Kepada Ayat-Ayat (kekuasaan) Allah
Pada suatu hari terjadi gempa di Madinah. Umar bin Khaththab yang saat itu menjadi khalifah menghentakan kakinya seraya berkata: “(Hai bumi), Diamlah dengan izin Allah”. Kemudian beliau berkata dihadapaan khalayak dan orang-orang sekelilingnya: “Demi Allah, gempa ini terjadi dikarena ulah perbuatan kalian, kalian pasti telah melakukan sesuatu (dosa). Demi Allah, jika sekali lagi terjadi gempa maka selamanya aku tidak akan lagi tingal bersama kalian”. Dalam riwayat lain: “pasti aku akan pergi meninggalkan kalian”. (Atsar ini diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan Baehaqi).
Begitu juga yang terjadi dengan Abdullah bin Mas’ud ketika terjadi gempa di Kufah. Beliau berkata: “Sesungguhnya Rabb kalian sedang murka, maka kembalilah (bertaubatlah) kalian kepada-Nya”.
Hal serupa dilakukan oleh Khalifah Umar bin abdul Aziz, ketika terjadi gempa maka beliau menulis surat ditujukan kepada rakyat, “Sesungguhnya gempa ini merupakan salah satu bentuk teguran Allah kepada para hamba-Nya”. Kemudian beliau memerintahkan untuk bertaubat dan sedekah.
Di antara tujuan Allah menurunkan gempa adalah agar hamba-Nya takut dan kembali kepada Alah. Namun sayang banyak dari mereka justru ingkar kepada Allah.
{ وَمَا نُرْسِلُ بِالْآياتِ إِلَّا تَخْوِيفاً } [الإسراء:59] { وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَاناً كَبِيراً } [الإسراء:60]
“Dan Kami tidak menurunkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti…Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakan mereka”. (QS. Al Isra: 59-60).
Kedua: Kalangan yang tidak percaya dengan ayat-ayat Allah.
Allah berfirman dalam Surat Al Mukminun ayat 76: “Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka], maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri”.
Imam Mujahid menyatakan bahwa yang dimaksud azab dalam ayat tersebut adalah krisis, kemarau, kelaparan dan lain sebagainya.
Dan dalam ayat sebelumnya Allah menyatakan tentang sikap kalangan yang tidak beriman: “Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudharatan yang mereka alami benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka.
Abu Mazin, Lc.

Baca Juga